REPUBLIKA.CO.ID, Desainer busana Muslim dengan label Nur Zahra, Windri Widiesta Dhari, memeragakan busana rancangannya di Tokyo Fashion Week 2014, kemarin (19/3).
Dalam koleksinya tersebut Windri menggunakan materi yang ramah lingkungan. Windri boleh dibilang menampilkan koleksi yang segar bagi lini busana Muslim.
Sang desainer bahkan disebut menawarkan rancangan yang baru dan menyegarkan. Pernyataan tersebut datang dari panitia Japan Fashion Week, Shinoda. Katanya, rancangan Nur Zahra merupakan sesuatu yang publik Jepang dan media mode setempat ingin lihat. Bahkan ia mengatakan, ia paling tertarik dengan rancangan Windri dibanding desainer lainnya selama Tokyo Fashion Week.
Dalam pangggung mode Jepang model yang melenggak-lenggok menggunakan kerudung merupakan sesuatu yang tidak lazim. Karya Windri yang menggunakan motif yang cukup familiar dengan publik Jepang, sekaligus topi namun dipandang dengan mudah diterima di sana.
Windri mendapat inspirasi dari seniman Jean Seberg. Kemudian ia menggabungkan metode pembuatan motif Indonesia dengan campuran tradisi dan modernitas.
Dalam wawancaranya dengan Herworlplus, Windri mengatakan tanpa kerudung semua busananya bisa dipakai oleh segala jenis perempuan. Sebagai busana Muslim, Windri mengkombinasikan atasan pendek dengan jaket panjang. Atau melapisinya lagi dengan rok yang longgar.
Setiap busana bisa dipadupadankan dengan motif yang kontras. Tekstur, warna, dan kesederhanaan busana secara individu menampilkan rancangan yang bisa dipakai satu per satu.
Windri menjelaskan pula bahwa mengenakan kerudung bukan berarti membatasi diri untuk tampil gaya. Terutama, katanya, jika berkerudung dan berpakaian Muslimah merupakan bagian dari keseharian. Ia juga berharap, perempuan bisa menerima busananya selayaknya busana perempuan lainnya.
Karya Windri menunjukkan kreativitas. Betapa bekerja kreatif dalam parameter tertentu tidak membuat sebuah busana jadi tampil biasa-biasa saja.