REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah perajin batik jumput di Desa Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, mengandalkan motif "batik campuran" untuk menyasar pasar domestik. Apa sih sebenarnya batik campuran?
"Motif 'batik campuran' adalah gabungan antara batik jumput dengan batik tulis," kata pendiri Komunitas Perajin Batik Jumput Batikan, Desa Tahunan, Rani, di Yogyakarta, Selasa (15/4).
Ia mengatakan batik campuran sebagai motif andalan para perajin batik di Desa Tahunan diharapkan dapat meningkatkan daya saing pemasaran produk mereka di tingkat nasional.
"Perlu ditonjolkan ciri khas batik jumput Tahunan, di samping batik jumput yang telah banyak dikembangkan para perajin batik di Indonesia," kata Rani.
Menurut dia, saat ini persaingan batik jumput di pasar domestik semakin menguat. Pengembang batik jumput paling banyak di Jawa Timur serta Jawa Tengah.
"Karena itu, tentunya perlu ada ide-ide baru untuk meningkatkan daya tarik serta memperluas pasar batik jumput Tahunan," katanya.
Dia mengatakan pemasaran batik jumput masih difokuskan untuk pasar domestik, karena animo pelanggan di dalam negeri masih banyak.
"Sampai sekarang belum berani (ekspor). Kami masih memasok untuk pelanggan lokal Yogyakarta, serta luar kota seperti Bali, Jakarta, Medan, dan Lampung secara 'online'," kata Rani.
Menurut dia, proses pengerjaan batik motif campuran memang membutuhkan waktu lebih lama, karena harus melalui dua proses pembuatan batik.
"Pembuatan batik motif campuran ini menjadi lebih lama, karena ada dua tahap yaitu batik tulis yang menggunakan malam, dan kemudian membuat batik jumput yang harus dijahit terlebih dulu," katanya.
Mengingat proses pembuatannya lebih rumit, menurut dia batik motif campuran harganya lebih mahal dibanding batik jumput biasa. "Harga batik motif campuran paling murah Rp500 ribu per lembar," katanya.
Sementara itu, kata dia, ragam kerajinan batik jumput yang rutin diproduksi antara lain mukena yang dijual dengan harga Rp 250.000, syal Rp 20.000 hingga Rp 80.000 per lembar, dompet batik Rp 40.000, serta slayer Rp 25.000.
"Sedangkan kain batik dengan lebar dua meter, kami jual dengan harga Rp 100 ribu hingga Rp 350 ribu per lembar," katanya.