REPUBLIKA.CO.ID, Bisnis mode Tanah Air kini sedang berkembang pesat, terutama industri busana Muslimah. Sepanjang tahun, ada saja merek baru yang bermunculan. Di lain sisi, merek yang perlahan tersingkir dari peredaran di pasar busana pun juga banyak.
Sejatinya, peluang bisnis ini di Indonesia masih terbuka lebar. Belum banyak brand yang ada di pasaran. Apalagi, selera mode masyarakat yang juga cukup maju.
“Saya lihat pemain baru selalu memberikan sesuatu yang baru, sehingga membuat Indonesia berpotensi menjadi patokan mode Muslimah untuk kawasan Asia,” kata Direktur brand Major Minor Sari Saputra.
Daya beli masyarakat juga cukup besar. Masyarakat bahkan lebih yakin membeli busana merek lokal Indonesia. “Di tengah serbuan produk mode buatan Cina, ketakutan masyarakat akan kualitas produk negeri Tirai Bambu ini masih besar,” komentar Sari.
Untuk bisa menang dalam persaingan, perancang mesti membentuk citra produknya. Merek busana akan mewakili kesan terhadap produk yang ditawarkan.
“Merek berperan untuk menegaskan konsep dan filosofi rancangan kita sekaligus membedakan produk kita dengan lainnya,” jelas pakar fashion dari Isttituto Marangoni Milan dan London Bette Bondo, dalam kunjungannya ke Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lalu, bagaimana sebaiknya memilih merek yang baik? Sari menyarankan untuk memilih nama yang mudah diingat. Selain itu, juga pilih kata yang terdengar internasional tanpa meninggalkan sisi lokalnya.
Perhatikan pula eksklusivitasnya. “Penulisan nama brand yang eye catching atau enak dilihat juga penting untuk dicermati.”
Sebuah brand harus selalu menciptakan sesuatu yang baru. Sebelum berbisnis, desainer harus memiliki ciri khas yang kuat. Meskipun ada kiblat desain dari perancang busana lain, seorang desainer harus memberikan sesuatu yang baru. Sesuatu yang membuatnya berbeda dengan yang lain.
Desainer baru mesti mempunyai nilai lebih.“Lantas, kalau bisa setiap tiga bulan harus ada rancangan yang baru,” ujar Sari.
Direktur Kreatif Contempo Cindy Gozali mengatakan hal senada. Perancang mesti memilih brand berupa kata atau frasa yang mudah diingat. Kata atau frasa tersebut harus mudah masuk ke mana saja, tidak terkotak-kotak.
Misalnya, ketika membuat produk perempuan dengan merek tertentu, usahakan agar tidak terlalu spesifik perempuan. “Tujuannya, ketika nanti Anda mengeluarkan koleksi busana laki-laki, merek yang sama masih bisa dipakai.”