REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pameran “Indonesia Wicker Handycraft” sebagai puncak acara HUT-34 Dewan Kerajinan Nasional Indonesia (Dekranas) 2014 benar-benar menjadi sarana promosi kerajinan juga karya cipta dari berbagai daerah Indonesia.
Kabupaten Gianyar, Bali, misalnya, menjadikan ajang ini untuk memperkenalkan tenun khas mereka, Tenun Pucuk. Tenun yang satu ini memang belum terlalu dikenal masyarakat, karena baru diluncurkan bulan April silam.
"Pucuk atau juga dikenal bunga sepatu merupakan khas Gianyar. Pucuk adalah maskot kita, makanya kita akan pakai dalam tari-tarian termasuk motif dalam tenun," ujar Bintang Mira, desainer yang mengembangkan Tenun Pucuk saat ditemui di ajang Dekranas 2014, Jumat (7/6) di Gedung Smesco, Jakarta.
Sesuai dengan namanya, lanjut Bintang, Tenun Pucuk mengambil bunga sepatu sebagai motif utama, yang dalam pembuatannya diaplikasikan ke dalam tiga teknik. Yaitu tenun, painting juga air brush. "Dominan warnanya saat ini masih marun, biru juga magenta," kata Bintang.
Ia berharap Tenun Pucuk dikenal masyarakat luas dan menjadi kekuatan baru yang dimiliki provinsi Bali, kabupaten Gianyar khususnya, dalam budaya dan pariwisata.
Di ajang itu, Bintang bersama dua desainer lainnya, Tjok Abi dan Tude Togog juga memperkenalkan karya Tenun Pucuk dalam fashion show.
Myra Widiono, selaku Sekjen Dekranas mengatakan, ajang yang berlangsung sejak Kamis (5/6) hingga Ahad (8/6) ini diharapkan dapat menjadi sarana promosi dari berbagai produk kerajinan daerah di Indonesia.
"Selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk kerajinan dalam basis produksi menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean 2015," kata dia.
Herawati Boediono selaku Ketua Umum Dekranas sebelumnya menyampaikan harapannya agar peran Dekranas semakin penting di masa depan dan semakin besar pengabdiannya bagi Indonesia dengan terus mencari, menggali dan mengembangkan kekayaan kriya Indonesia.
Ia juga mengingatkan agar Dekranas menjadi pendamping yang efektif bagi para perajin Indonesia.