REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kain endek khas Bali sebagai warisan para leluhur kini diburu konsumen baik masyarakat lokal, wisatawan domestik dan mancanegara, karena kain yang dibuat manual melalui alat tenunan bukan mesin tersebut memiliki kwalitas dan keunikan.
"Dulunya kain endek ini memang kurang peminat karena tidak tahan kalau dicuci biasanya luntur dan kainnya kusut, tetapi setelah dilakukan inovasi kain endek justru jadi salah satu jenis kain primadona," ujar Erni, pedagang endek di Pasar Sanglah Denpasar, Bali, Jumat (13/6)
.
Ia menjelaskan setelah kain ini diolah menjadi kain bermutu sebagai bagian dari upaya pelestarian kearifan lokal masyarakat Bali, ternyata peminatnya sangat banyak hingga diproduksi besar-besaran untuk dipasarkan ke mancanegara. Bahan kain tersebut dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Harga kain endek dibandrol Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per meter dengan aneka jenis dan motif yang berbeda seperti kain endek siana, sutra, rang-rang, dan songket. Erni menjelaskan untuk kain endek jenis siana dibandrol seharga Rp 350 ribu per meter, sutra (Rp 500 ribu), rang-rang (Rp 350 ribu), tuli (Rp 450 ribu), dan songket (Rp 500 ribu). "Harga tersebut sesuai dengan kwalitas dan kwantitas kain yang dijual sehingga wajar saja harganya relatif mahal," ujarnya.
Ia menuturkan kain endek Bali khas Kabupaten Klungkung, Bali memiliki ciri yang khas tersendiri dibandingkan kain tenun daerah lainnya yang mana memiliki perbedaannya pada motif dan warnanya. "Bahkan kain ini sering digunakan sebagai oleh-oleh bagi mereka yang melancong ke Bali," ujarnya.
Kain endek ada yang menggunakan pewarna sintetis dan alami."Kain endek yang berbahan pewarna alami biasanya harganya lebih mahal," ujar pedagang kain endek lainnya Wahyu.
Ia mengatakan ciri khas kain endek menggunakan pewarna alami biasanya tampak kurang cerah dan warnanya agak kusam. Namun, tidak mudah luntur dan tetap seperti aslinya. "Kalau kain endek yang berbahan sintetis harganya lebih murah dan warnanya lebih cerah namun cepat luntur," kata Wahyu.