Rabu 06 Feb 2013 14:11 WIB

Dari Hobi Memasak Jadi Bisnis, Bisa Kok...

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Bisnis rumahan/ilustrasi
Foto: insidefortlauderdale.com
Bisnis rumahan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang dapat mengeksplorasi resep, berkreasi di dapur, dan memasarkan masakan ataupun kue buatannya. Tak perlu toko fisik untuk memajang dagangan. “Bisa lewat online ataupun menawarkannya saat ke sekolah anak,” papar Dhiandra Novrina Diyanti, pengajar di kursus memasak Orange Kitchen.

Setiap bisnis yang dimulai ada pengorbanannya. Pengusaha baru harus membangun citra terlebih dulu. Pengorbanan pertama, misalnya, dengan memberikan contoh kue secara gratis. “Semakin banyak orang yang tahu kue buatan kita enak, mereka akan tertarik untuk membuat pesanan,” kata perempuan yang akrab disapa Ina ini.

Ketika hobi menjadi bisnis, pengusaha harus siap menyediakan produk yang diminta konsumen. Mereka tak lagi bisa membuat berdasarkan mood. Pelanggan yang kecewa tidak akan datang dua kali.

Tidak ada resep khusus dalam menentukan jenis kue yang akan laku di pasaran. Penjual harus peka dengan kebutuhan dan karakteristik pasar yang dituju. Misalnya, nasi uduk tidak akan cocok dijual di daerah Kemang, Jakarta Selatan, yang penduduknya selalu diburu waktu. “Sandwich akan lebih laku dijual disana,” ujar Ina memberi contoh.

Dunia kuliner amat dinamis. Komunitas menjadi alat untuk mengetahui tren terbaru. Contohnya saja kepopuleran rainbow cake dan cupcakes. “Resep rainbow cake sudah ada dari dulu. Tak ada yang menyangka sekarang booming lagi?” ucap Ina.

Dalam bisnis kuliner, semua order harus ditanggapi dengan penuh perhitungan. Bagi pebisnis pemula, sebaiknya tunda dulu menyanggupi order dalam jumlah besar. Latihan dulu dengan order kecil yang sanggup ditangani sendiri dan dengan bahan baku yang memadai. “Selalu belanja sesuai kebutuhan, biar tidak rugi,” saran Ina.

Untuk berbisnis kue, berinvestasilah pada peralatan masak. Sesuaikan peralatan yang dibeli dengan produk yang akan dibuat. Jika memang hanya butuh mixer dan kompor, jangan tergiur untuk membeli oven. Tahan keingin an untuk belanja peralatan dapur yang macam-macam. Kelak, ketika sudah mulai mendapatkan keuntungan, sisihkan sebagian untuk membeli peralatan memasak.

Terakhir, siapkan strategi pemasaran. Buatlah persentasi produk dalam bentuk brosur, blogpribadi, maupun blog komunitas. “Boleh juga berbagi tips agar orang rajin bertandang,” tutur Ina.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement