REPUBLIKA.CO.ID, Bisnis tetaplah bisnis. Itu sebabnya pelaku usaha harus menangani usaha kue rumahannya secara profesional. “Kesalahan terjamak ialah penanganan keuangan, operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia,” ungkap Wulan Ayodya selaku pendiri pelatihan UMKMKU.
Keuntungan tak boleh bercampur dengan uang pribadi. Pengusaha harus cermat menghitung modal produktif, penghasilan kotor, dan keuntungan. Hitung-hitungan ini memudahkan penetapan harga jual produk. Pelaku usaha sebaiknya tak mengekor harga jual produsen lain tanpa memperhatikan biaya produksinya sendiri.
Dalam menjalankan usahanya, prosedur operasional haruslah ada standarnya. Ketika memasuki dunia profesional, pengusaha sudah seharusnya memiliki standardisasi. “Kue coklat yang kita jual pekan lalu, rasa dan ukurannya harus sama dengan yang dijual hari ini,” jelas Wulan.
Soal pemasaran, pada awal usaha boleh saja menawarkan dagangan pada orang-orang terdekat. Akan tetapi, jangan lupa untuk juga melakukan penawaran ke target pasar sesungguhnya. Mental baja diperlukan ketika melakukan pemasaran. Ditolak itu biasa. “Sikap terbuka pada kritik dan terus memperbaiki kualitas produk juga perlu dibangun,” saran penulis 14 buku mengenai wirausaha ini.
Wulan mengingatkan, ketika bisnis menjadi semakin besar, pelaku usaha sebaiknya mulai merekrut orang lain. Asisten, akuntan, dan kurir akan memudahkan pengembangan usaha. Memegang sebuah usaha sendirian tentu melelahkan fisik dan pikiran.
Banyak contoh usaha yang terhenti karena pendirinya jatuh sakit. Wulan juga menghimbau untuk memperhatikan gaji para pekerja yang membantu. “Jangan sampai di bawah UMR. Realistis saja,” ujarnya mengingatkan.
Tidak semua pebisnis kue rumahan ingin membuka toko besar yang modern. Banyak juga yang lebih tertarik menitipkan produknya pada supermarket atau toko-toko bakeryyang telah ada. “Selain lebih terjamin dalam hal penjualan, mereka tak perlu menyiapkan tambahan modal,” papar Wulan.