Jumat 15 Feb 2013 09:13 WIB

Mengasuh Anak Tunggal, Pahami Dulu Ini

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Anak tunggal/ilustrasi
Foto: martinmanage.com
Anak tunggal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dari segi pengasuhan, merawat si tunggal tidak jauh berbeda dengan membesarkan kakak-beradik. Apalagi, anak tunggal sedikit mempunyai kemiripan karakter dengan si sulung di tahun-tahun pertamanya. Saat itu, anak sulung masih sendiri dan menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. 

Segala keinginannya akan selalu dipenuhi dan perilakunya dimaklumi. Perasaan teristimewa akan tumbuh jika orang dewasa di sekelilingnya memang memperlakukan dia bak raja dalam jangka waktu yang lama. Perlakuan spesial untuk anak tunggal bisa memberikan efek negatif dan juga positif untuk ke depannya. Anak bisa tumbuh kurang mandiri jika terbiasa diistimewakan. 

Menurut psikolog Harfiah Putu Ponco MPsi, peluang untuk menjadi individu penuntut juga cukup besar. Di lain sisi, memberikan perhatian yang besar tidak sama dengan mengekang dan membatasi gerak anak. 

Jika dibiarkan, anak nantinya kurang terampil ketika terpisah dengan ayah dan bundanya. Hanya memiliki satu anak bisa menjadikan orang tua menumpuk harapan besar. Apalagi, pada budaya dan golongan ekonomi tertentu, anak adalah pewaris utama usaha keluarga besar. Jika hal ini tidak diungkapkan dengan baik, si tunggal akan hidup di bawah tekanan. “Anak tetap manusia biasa. Biarkan dia bereskplorasi sesuai tahapan umurnya,” ungkap Harfiah. 

Positifnya, anak tunggal bisa tumbuh menjadi seorang yang penuh motivasi. Ia selalu ingin menjadi yang terbaik dalam segala bidang. Hal ini tentu bagus sepanjang ananda melakukannya dengan cara yang baik. 

Di titik ini, orang tua berperan penting menanamakan nilai-nilai etika yang bisa diterapkan untuk mendapatkan segala keinginannya. Target utama ketika mengasuh si tunggal adalah melatihnya menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian diartikan dengan mampu membuat pilihan pribadi dan mau bertanggung jawab terhadap segala risiko. 

Tanamkan kepribadian ini melalui hal-hal sederhana sejak usia dini. Ajari buah hati untuk memakai kebebasannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Misalnya, tuntun dia untuk selalu membereskan mainannya jika sudah selesai digunakan. “Pastikan dia mengerti dan menaati aturan yang kita tetapkan,” ujar Harfiah. 

Terapkan aturan dengan menggunakan metode tarik-ulur. Berikan kesempatan untuknya menyampaikan aspirasi. Buatlah anak percaya bahwa dia juga punya hak untuk berperilaku sesuai kehendaknya. Ciptakan komunikasi terbuka melalui diskusi yang cair. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement