Kamis 21 Feb 2013 15:17 WIB

Agar Anak Tak Lagi Kleptomania

Rep: Nina Chairani/ Red: Endah Hapsari
Anak kleptomania/ilustrasi
Foto: valleyparent.com
Anak kleptomania/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk menghilangkan kebiasaan kleptomania pada anak, bukan hal mudah. Menurut psikolog Jacinta F Rini, Msi, diagnosis kleptomania tidak cukup hanya ditegakkan oleh scan otak. Pemeriksaan yang sifatnya psikologis juga diperlukan. Sedangkan untuk pengobatan, ada berbagai macam terapi. Secara medis, pemberian obat-obatan bisa dilakukan untuk mengendalikan kerja serotonin agar lebih terkontrol.

`'Pada pasien orang dewasa, kita mencoba membantu dia untuk melengkapi ketahanan mentalnya,'' kata Rini. Penderita juga akan diarahkan pada kegiatan yang produktif agar dia bisa mengalihkan stres, kecemasan, dan energi negatifnya. Atau diajarkan relaksasi hingga meningkatkan spiritualitasnya. Di samping terapi psikologi dan terapi medis, penderita kleptomania juga dianjurkan menjalani terapi keluarga. `'Supaya lingkungan dalam hal ini anggota keluarga mengerti bahwa kleptomania bukanlah kehendak dia,'' jelas Rini. Dengan demikian, keluarga bisa diajak bekerjasama untuk menciptakan suasana kondusif bagi pasien untuk sembuh.

Karena sangat berat bagi penderita kleptomania jika ia mendapati dirinya dilecehkan. Sementara menghadapi penderita kleptomania cenderung melelahkan karena mereka memiliki ketidakstabilan mood. Lebih jauh untuk pasien anak, Rini menjelaskan, harus ditelaah kembali penyebabnya. Apakah semata-mata masalah di otak atau karena ada gangguan emosi. Karena itu terapi keluarga menjadi sangat penting. Hanya saja Rini tidak menyarankan penggunaan obat, terutama pada anak. Menurutnya, penggunaan obat tidak hanya mempengaruhi serotonin, melainkan juga unsur kimia otak yang ada di area sama. Ini bisa berbahaya bagi otak anak yang masih dalam tahap perkembangan.

Ia berpendapat, menggunakan obat untuk bisa membuat anak mengatasi stres bukan cara yang tepat. ''Apalagi untuk konsumsi bertahun-tahun, anak akan memperoleh dosis makin tinggi karena massa tubuh yang bertambah,'' kata Rini. Di sisi lain, anak tidak bisa mencapai tugas perkembangannya. Rini lebih menyarankan untuk meningkatkan ketahanan mental anak daripada menggunakan obat. `'Jika terus tergantung pada obat, ketahanan mental anak tidak akan tumbuh sementara tekanan yang dia hadapi akan semakin besar,'' jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement