REPUBLIKA.CO.ID, Selama bertahun-tahun, perempuan yang sedang mengandung selalu mendapat anjuran untuk mengonsumsi asam folat. Rekomendasi tersebut rupanya tidak saja ber manfaat untuk mencegah kecacatan pada janin, seperti spina bifida. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of the American Medical Association menemukan bahwa asam folat juga berguna untuk menghindari autisme.
Penelitian tersebut memperlihatkan, ibu yang mengonsumsi asam folat empat pekan sebelum kehamilan dan delapan pekan setelahnya memiliki risiko 40 persen lebih rendah untuk melahirkan bayi autis. Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, para peneliti memakai data Mother and Child Cohort Study dari Norwegia. Akan tetapi, asupan asam folat di saat kehamilan belum tentu akan memangkas kasus autisme. Dr Schlomo Shinnar, profesor neurologi dari Albert Einstein College of Medicine, New York, berpendapat temuan terbaru ini menarik untuk dicermati lebih mendalam.
Data dari Norwegia tersebut memantau lebih dari 85 ribu bayi yang dilahirkan antara tahun 2002 hingga 2008 berikut bundanya. Sekitar 270 bayi yang orang tuanya berpartisipasi dalam penelitian ini lahir dengan kondisi gangguan perkembangan yang termasuk spektrum autisme. “Tentunya masih perlu penelitian lanjutan terhadap temuan berulang yang menunjukkan adanya kasus autisme yang bisa dipangkas dengan suplementasi asam folat sebelum kehamilan ini,” komentar ahli epidemiologi molekular dari University of California, Rebecca Schmidt.
Pada 2011 Schmidt menjadi peneliti pertama yang memublikasikan temuan tentang faktor genetik dan eksternal yang memicu autisme. Termasuk di antaranya, asupan vitamin prakehamilan sebelum masa konsepsi. “Yang menarik, studi tersebut dan penelitian yang terbaru ini sa ma-sama merujuk ke penurunan risiko autisme di angka 40 persen,” jelas Schmidt.
Kedua penelitian tersebut dilangsungkan menyusul meningkatnya kekhawatiran calon ibu akan kesehatan janinnya. Mereka takut janinnya kelak mengalami dampak negatif dari makanan, vaksin, ataupun produk kecantikannya. “Autisme merupakan topik yang paling sering diperbincangkan oleh penelepon yang menghubungi hotlinekami,” ung kap Alfred Romeo, seorang konselor dari Organization of Teratology Specialist.
Di Amerika Serikat, jumlah anak yang mengalami gangguan spektrum autisme terpantau meningkat. Data dari Centers for Disease Control and Prevention setempat mencatat, pada 2006 perbandingannya masih satu dari 110 anak.
Lantas, di tahun 2012 angkanya naik menjadi satu dari 88 anak. “Sesungguhnya, kehamilan tak jauh berbeda dengan pengasuhan, kita tak bisa menjamin 100 persen segalanya akan berjalan seperti yang diharapkan,” komentar dr Jennifer Ashton, kontributor senior bidang kesehatan ABC News.