Jumat 15 Mar 2013 14:08 WIB

Merawat Bayi Sangat Prematur

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Bayi prematur/ilustrasi
Foto: senseandsustainability.net
Bayi prematur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Robert Addison luar biasa terkejut ketika anaknya Kai lahir pada usia 24 minggu. Kai dan banyak bayi lain yang lahir sebelum kandungan genap 26 minggu memiliki harapan hidup yang lebih tinggi dibanding kasus serupa pada masa lalu. Riset yang membandingkan tingkat keselamatan bayi sangat prematur antara 1995 dan 2006 mengungkap temuan EPICure tersebut.

 2006, 53 persen bayi yang lahir pada usia 22 dan 25 minggu dapat pulang ke rumah setelah mengalami perawatan intensif di rumah sakit. Jumlahnya, 40 persen pada 1995. Tingkat keselamatan bayi berusia 22 dan 23 minggu tetap rendah. Di bawah 24 minggu, Inggris menetapkan kandungan yang tinggi penyulitnya dapat digugurkan.

Penelitian yang dimuat di British Medical Journalitu juga memperlihatkan kemungkinan cacat berat yang dialami bayi sangat prematur masih belum berubah. Tubuh bayi prematur sesungguhnya belum siap untuk hidup di luar rahim bundanya. Semakin dini kelahirannya, semakin besar risiko kesehatannya.

Ketika terlahir sangat prematur, bayi akan mengalami banyak kecacatan. Kalaupun selamat, mereka harus diopname hingga mencapai usia kelahiran bayi normal.

Masalah terbesar pada bayi prematur ialah mereka lahir sangat mungil, terkadang hanya seukuran telapak tangan. Kelopak matanya pun masih tertutup rapat. Setiap bagian dari tubuhnya belum matang. Itu terlihat dari kulitnya yang masih sangat tembus pandang. Kulit bayi prematur begitu lembut dan bagian yang tahan air belum terbentuk.

Persoalan lainnya, paru bayi prematur belum ber kembang sempurna. Bernapas adalah hal yang sa ngat sulit untuknya, sehingga membutuhkan bantuan medis. Usus si kecil juga belum siap untuk mencerna makanan. Otak bayi prematur pun belum selesai terkoneksi jaringannya satu sama lain. 

Dalam merawat bayi prematur, dokter memastikan mereka berada dalam kondisi hangat. Bayi juga diberikan steroid untuk membantu paru yang belum terbentuk sempurna. Kelihatannya, perawatan tampak bermakna di hari-hari pertama kelahiran bayi prematur. “Kemajuan terbesar terjadi di pekan pertama pada bayi yang selamat, tapi setelah itu tak signifikan perbaikan kondisinya,” ungkap Prof Kate Costeloe dari Homerton University Hospital dan Queen Mary, University of London, Inggris, seperti dikutip BBC. 

Bayi prematur yang bertahan hidup kerap kali mengalami keterbatasan jangka panjang. Mereka dapat mengalami oleh cerebral palsy, kebutaan, atau tak mampu berjalan. Dr Simon Newell, konsultan kedokteran neonatal dari Leeds General Infirmary, mengatakan, dokter hanya dapat membantu melindungi otak selama bayi menjalani masa genting dalam kehidupannya, hingga ia mampu hidup mandiri tanpa bantuan alat. 

Newell mengungkapkan, dokter akan menjelaskan kepada orang tua bayi prematur segala kemungkinan yang bisa terjadi. “Bukan hal yang mudah untuk menentukan dilanjutkan atau dihentikannya perawatan.” 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement