REPUBLIKA.CO.ID, Melacak ada-tidaknya potensi alergi pada bayi, menurut Dr Ari Muhandari Adhie SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Anak dan Bunda Harapan Kita ini, bukan hal yang sulit. Caranya dengan mengecek riwayat kesehatan keluarga. Perhatikan, tanda utamanya apakah di keluarga ada yang terkena asma, bersin-bersin (pilek) setiap pagi, eksem (cirinya digigit nyamuk menimbulkan bekas yang lama), biduran, dan gatal-gatal. Tanda minor, di antaranya alis tipis padahal tidak dicabut.
“Jadi, alergi itu karena keturunan dan bisa berlangsung seumur hidup. Sekitar 90 persen alergi akan menghilang bersama bertambahnya usia, tetapi yang 10 persen melekat seumur hidup,” tegasnya.
Bila riwayat alergi ditemukan dalam keluarga, Ari menyarankan ayah bunda agar bersikap lebih baik waspada. Caranya dengan mencegah hal-hal yang potensi menimbulkan alergi. Bila bayi yang masih minum ASI eksklusif, Ari mengingatkan, si ibu harus menjaga makanan pemicu alergi, seperti telur dan seafood. Dengan menjaga makanan yang disantapnya, ASI yang dihasilkan pun akan aman bagi si bayi.
Ia juga mengingatkan orang tua untuk memerhatikan rumah. Hewan di dalam rumah harus jadi perhatian. Bila ingin memelihara hewan di rumah, saran Ari, pilihlah binatang air, hindari memelihara hewan yang berbulu. “Perlu juga diwaspadai tuma dan kecoa, liurnya itu yang bahaya menyebabkan alergi,” katanya.
Ari yang juga kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian, di Klinik RS Anak & Bunda (RSAB) Harapan Kita mengingatkan para ibu untuk memerhatikan kulit sekitar popok. Kulit di kawasan ini, pada bayi, sering bermasalah. Ketika terjadi ruam popok perlu diteliti apakah alergi atau infeksi. Sering kali ibu menyalahkan popok kertasnya, padahal belum tentu popok yang jadi penyebab. Kalau ruam kulit itu, karena popok kertas sekali pakai dengan mengganti merek lain kulit bayi akan mulus kembali. Tetapi, jika sudah mengganti dua atau tiga kali popok, masih terjadi ruam popok berarti kulit bayi memang alergi.