Rabu 17 Apr 2013 11:23 WIB

Awas, Anak-Anak Juga Bisa Mengidap Diabetes

Rep: Nina Chairani/ Red: Endah Hapsari
Anak penderita diabetes/ilustrasi
Foto: prediabetics.org
Anak penderita diabetes/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika kita mendengar penyakit diabetes, yang terbayang biasanya adalah penyakit yang menyerang orang tua yang pola makannya tak beraturan. Padahal, anak-anak kita bisa juga terkena.

 

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang memengaruhi cara tubuh menggunakan glukosa. Ini adalah penyakit metabolis yang bersifat kronis serta berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan jika menyerang anak. "Bahkan, penyakit ini bisa menyebabkan kematian," ujar ahli endokrinologi dr Aman Bhakti Pulungan SpA (K).

Diabetes terdiri atas dua tipe, yaitu tipe 1 dan 2. DM tipe 1 sering disebut diabetes juvenile atau diabetes yang bergantung pada insulin. Pada diabetes tipe ini, sel pankreas hanya sedikit atau tidak menghasilkan insulin sama sekali. Tipe ini diderita oleh satu dari 10 penderita DM yang kebanyakan terjadi sebelum usia 30 tahun. 

Sedangkan, DM tipe 2 disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan resistansi insulin. Tubuh penderita tidak merespons secara normal insulin yang dihasilkan tubuh dan membentuk kekebalan tersendiri, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Tipe ini biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun dan sekitar 80 persen penderitanya mengalami obesitas.

Diabetes yang banyak diderita oleh anak adalah DM tipe 1, yang justru lebih berbahaya. Penyakit ini adalah penyakit autoimun, di mana sistem pertahanan tubuh alami menghancurkan bagian tubuh yang lain.

Penderita DM tipe 1 ini sistem tubuhnya menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin, yaitu pankreas. Ketika pankreasnya telah rusak hingga 90 persen, ia hanya bisa menghasilkan sedikit insulin ataupun bahkan tak menghasilkan insulin sama sekali.

Padahal, manfaat insulin dalam proses metabolisme sangat penting. Insulin membantu glukosa untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh, yang kemudian akan menjadi energi. "Jika tak ada glukosa yang diserap, tak ada energi lagi, bagaimana tubuh bisa bertahan?" ujar Aman.

Jika tak ada insulin, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan normal. Akibatnya, jumlah glukosa dalam darah menjadi terlalu tinggi. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement