Sabtu 18 May 2013 06:53 WIB

Anak Tuna Rungu Bisa 'Normal', Ini Terapinya

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Dewi Mardiani
 Penyandang tuna rungu saat beraksi damai dengan menunjukkan bahasa isyarat
Penyandang tuna rungu saat beraksi damai dengan menunjukkan bahasa isyarat "cinta" memperingati Hari Tuna Rungu Internasional di Bundaran Hotel Indonesia,Jakarta, Jum'at (28/9). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Anak tunga rungu dengan terapi verbal auditori atau AVT (Auditory Verbal Therapy) bisa memiliki konsep seperti orang normal, seperti bagaimana bunyi, suara dan berbahasa wicara.

Hal itu dikemukakan terapis RSUP Dr Sardjito Wuryanto Aksan. Terapi verbal auditori ini merupakan teknik melakukan terapi langsung rangsangan pada kemampuan pendengaran. Syaratnya, pasien yang diterapi dengan alat ini adalah pasien yang menggunakan rumah siput di pendengaran dan alat bantu dengar super canggih. 

Bila pasien menggunakan teknik ini, terapis tidak diperbolehkan menggunakan mimik wajahnya. Dalam menerapis dimulai dari pengenalan bunyi lingkungan, seperti A, I dan E. ''Bunyi lingkungan itu berbicara seperti lingkungan sekitar,'' kata terapis RSUP Dr Sardjito, Intihain.

Teknik ini di Indonesia baru mulai digunakan sekitar tahun 2000-an. Alat ini bisa digunakan oleh pasien seawal mungkin. ''Dengan AVT pengalaman mendengarnya bisa seperti anak normal lebih cepat. Karena itu sedini mungkin anak  dideteksi apakah dia mengalami gangguan pendengaran atau tidak,''kata Wuryanto menambahkan.

Biasanya anak sudah bisa dideteksi sejak usia tiga bulan, karena di usia tiga bulan seharusnya anak sudah mulai ngoceh. Kalau anak pada usia tiga bulan masih diam, maka perlu diwaspadai.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement