REPUBLIKA.CO.ID, Lilis sangat berbahagia ketika dia dinyatakan hamil oleh dokter. Sudah 14 tahun ia menunggu buah hati. Namun ketika usia kehamilan menginjak tiga bulan, teman-teman sekerja Lilis heran, karena kandungannya tampak besar, seperti kehamilan 5-6 bulan. Akhirnya Lilis disarankan untuk segera periksa ke dokter. Ternyata Lilis dinyatakan hamil anggur. Sirnalah harapan Lilis untuk menimang seorang bayi yang telah lama ia nantikan.
Menurut dr Suryono S.I. Santoso, SpOG, staf bagian obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, hamil anggur itu seperti hamil biasa, tapi isinya bukan janin, melainkan gelembung-gelembung mola. Kadang-kadang ada juga yang isinya gelembung mola tetapi masih ada janin. Pada keadaan ini, biasanya janin tidak bisa dipertahankan dan mengalami keguguran.
Hamil anggur terjadi ketika sel telur yang dibuahi sperma tidak berkembang menjadi janin sebagaimana mestinya. Hasil pembuahan itu justru berkembang menjadi gelembung-gelembung yang makin lama makin banyak membentuk kelompok-kelompok mirip buah anggur. Itu mengapa disebut hamil anggur.
Mengenai penyebab hamil anggur ini Suryono mengatakan, sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa faktor predisposisi (kecenderungan) diantaranya: sering mengalami keguguran, gangguan malnutrisi terutama pada wanita yang status gizinya rendah, defisiensi (kekurangan) suatu vitamin seperti vitamin A atau asam folat, serta adanya pembuahan yang salah atau tidak baik.
Lalu bagaimana gejalanya?
Dijelaskan Suryono, ada beberapa hal yang bisa dicurigai sebagai gejala hamil anggur. ''Kita mesti mencurigai hamil anggur kalau seseorang hamil lalu terjadi perdarahan-perdarahan pada kehamilan muda,'' tutur dokter yang juga menjabat sebagai wakil ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) ini.
Namun gejala hamil anggur tak cuma itu. Jika pembesaran kandungan tampak tidak wajar, misal baru hamil sebulan tapi seperti wanita hamil tiga bulan, atau hamil tiga bulan terlihat seperti tengah hamil lima bulan, maka hal itu pun bisa dicurigai sebagai hamil anggur. Bila mencurigai adanya hamil anggur, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi). ''Dengan USG kita bisa melihat ternyata isinya itu bukan janin melainkan gelembung-gelembung.''
Lebih jauh Suryono menjelaskan, kasus hamil anggur di Indonesia cukup banyak terjadi. Apalagi faktor ras ternyata ada pengaruhnya. Di bangsa Asia misalnya, angka kejadian hamil anggur lebih banyak ketimbang bangsa non-Asia. Berapa angka kejadiannya? Diperkirakan satu diantara 75 kehamilan normal.
Di Jakarta dan kota-kota besar yang kebanyakan masyarakatnya cukup sadar akan pentingnya gizi, kasus hamil anggur cukup jarang terjadi. Sebaliknya, kasus hamil anggur lebih banyak ditemukan di daerah-daerah, dan juga pada ibu-ibu yang kekurangan gizi. ''Hamil anggur ini ditemukan rata-rata pada wanita berusia antara 20-30 tahun.''