REPUBLIKA.CO.ID, Setiap bayi memiliki hak untuk mendapatkan makanan terbaik. Ibu dapat menyediakannya dengan memberikan air susu ibu (ASI). Tidak ada alasan bagi seorang perempuan menolak menyusui bayinya. “Payudara perempuan diciptakan memang untuk menyusui buah hatinya,” kata dr I Gusti Ayu Pratiwi SpA MARS.
ASI merupakan makanan terpenting bagi bayi. Kandungan gizi lengkapnyalah yang akan membuat masa depan seseorang kelak menjadi cemerlang, baik dari segi kesehatan, perilaku, hingga kecerdasan intelektual. “Di dalam cairan yang diproduksi tubuh manusia itu terdapat kandungan zat-zat yang sangat berguna, terlebih zat imunitas,” ujar dokter spesialis anak yang akrab disapa Tiwi ini.
ASI kaya akan laktosa. Belum ada makanan lain yang memiliki kandungan gula susu sebanyak ASI. Zat ini sangat penting bagi pertumbuhan otak yang berlangsung cepat pada tiga tahun pertama kehidupan anak.
Selain itu, di awal produksi ASI, ada kolostrum. Meski volumenya sekitar 0,2 ml saja, kolostrum mengandung banyak antibodi. Kolostrum juga mengandung vitamin A. “Kolostrum adalah makanan yang paling aman untuk bayi karena dapat melindungi dinding usus bayi yang pada umumnya belum terbentuk sempurna,” kata Tiwi dalam Pigeon Media Gathering beberapa waktu lalu.
Dengan kondisi dinding ususnya yang belum sempurna, bayi hanya bisa menyerap protein bermolekul mungil. Hanya protein ASI yang mampu diserapnya. “Susu sapi mengandung protein dengan molekul yang besar sehingga tidak bisa terserap sempurna oleh dinding usus bayi,” ujarnya.
Protein bermolekul besar tersebut juga yang membuat bayi merasa lebih kenyang. Bayi yang mendapat susu formula tertidur pulas karena kekenyangan. “Perlu diingat, protein dari susu formula tidak baik bagi bayi karena dapat menyebabkan peradangan usus,” kata dokter yang berpraktik lebih dari 12 tahun ini.
Dalam membuat produknya, produsen susu formula memperkaya susu sapi olahan dengan penambahan AHA dan DHA. Faktanya, tubuh membutuhkan enzim lipase untuk mencerna asam amino esensial tersebut. Lantaran belum memiliki kemampuan untuk memproduksi enzim lipase, bayi tidak bisa mencernanya.
Pada awal menyusui, ASI mengandung lebih banyak protein. Semakin lama, ASI akan mengental menyusul meningkatnya kadar lemak yang dikandungnya. Perubahan ini terjadi dengan menyesuaikan kebutuhan bayi.