Selasa 16 Jul 2013 10:03 WIB

DHA, Betulkah Dibutuhkan Oleh Bayi?

Minum susu
Foto: ivillage.com
Minum susu

REPUBLIKA.CO.ID, Docosahexaenoic Acid (DHA) di satu pihak diperlukan untuk tumbuh kembang otak dan retina sampai usia tertentu, tetapi di lain pihak dapat menimbulkan beberapa hal sampingan seperti berkurangnya respons terhadap proses peradangan, masa perdarahan memanjang, menurunnya renin yang turut dalam pengontrolan fungsi ginjal, dsb.

Hal itu dikemukakan dr Sri S Nasar SpA[K] dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM pada acara seminar Peranan Anak dalam Tumbuh Kembang Anak yang diselenggarakan oleh Kalbe Health Fodds Division, Ahad [10/9]. Pembicara lainnya adalah Hardiono D. Pusponegoro SpA[K] dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM dan Prof Scientific Director of Nutri Science, The Netherlands Gerard Hornstra.

Menurutnya, karena banyak penelitian telah dilakukan tentang manfaat DHA pada tumbuh kembang janin maupun bayi, banyak susu formula dan makanan bayi/makanan pendamping ASI [Air Susu Ibu] kemudian disuplementasi dengan DHA. Padahal sampai sekarang masalah mengenai apakah semua bayi memerlukan DHA pada makanannya, seberapa banyak sebetulnya seorang bayi membutuhkan DHA dan apa dampaknya bila seorang bayi mengkonsumsi terlalu banyak DHA belum terjawab dengan tuntas.

Karena itu, kata Sri, perlu dikaji lebih dalam tentang penambahan suplementasi DHA pada makanan bayi mengingat hingga saat ini belum diketahui secara pasti berapa kebutuhan bayi akan DHA. Kekhawatiran yang timbul, ia menambahkan, bila berbagai jenis makanan bayi disuplementasi dengan DHA, sehingga seorang ibu yang termakan iklan dan ingin otak bayi/anaknya cerdas serta mempunyai penglihatan tajam, akan menjejali bayi/anaknya dengan makanan-makanan tersebut tanpa menyadari dan memang tidak tahu akan efek samping yang mungkin terjadi akibat DHA yang berlebihan.

Sri mengatakan pemberian DHA pada bayi/anak dapat dibenarkan bila kita yakin bahwa kandungan ALE [asam lemak esensial] pada makanan bayi/anak dinilai kurang berdasarkan analisis diet, seperti umumnya makanan bayi/anak tradisional di negara kita, pada bayi prematur, atau pada penderita yang mengalami gangguan fungsi hati.

Ia menyarankan seyogyanya kalangan medis dapat mengenali atau mewaspadai gejala sampingan yang mungkin timbul. Ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan walaupun hingga saat ini belum pernah ada laporan tentang hal itu. Di samping itu, perlu dibuat aturan tentang jumlah DHA yang ditambahkan pada formula/MP-ASI untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konsumsi yang berlebihan. Di lain pihak, katanya, perlu pula penertiban iklan yang menyesatkan demi keberhasilan pemasaran produk.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement