REPUBLIKA.CO.ID, Jumlah sperma yang sedikit hanya salah satu dari cukup banyak faktor penyebab sulitnya pasangan suami-istri (pasutri) memperoleh keturunan. ''Penyebabnya pun tak selalu dari pihak istri, tapi bisa juga dari suami, atau kedua-duanya,'' kata dokter Ova Emilia SpOG PhD, spesialis obstetri dan ginekologi dari RS Dr Sardjito, Yogyakarta.
Dari semua kasus ketidaksuburan, sebanyak 40 persen disebabkan oleh pria, dan 40 persen lainnya oleh perempuan. Sedangkan sisanya, tak diketahui penyebabnya. ''Jadi kalau pasutri tidak punya anak, yang disalahkan jangan hanya istrinya saja,'' cetus Ova.
Dari pihak laki-laki, penyebabnya kebanyakan pada produksi sperma. Ini bisa karena gangguan hormon, atau organ yang membentuk hormon tersebut mengalami kelainan. Misalnya saja, ada kelainan atau penyakit pada testis. Menurut Ova, hal paling sederhana untuk mengetahui hal itu adalah dengan analisis sperma. Lewat analisis sperma, dokter bisa mengetahui apakah produksi spermanya cukup atau tidak, kualitasnya baik atau tidak, begitu pun gerakan sperma itu normal atau tidak. ''Makanya, kalau pasangan suami-istri datang konsultasi, saya tanya sama suaminya, pernah tes sperma atau belum, dan kebanyakan memang belum,'' katanya.
Dari pihak wanita, penyebab ketidaksuburan bermacam-macam pula. Bisa karena gangguan produksi hormon, bisa juga karena orkestrasi dari estrogen dan progesteron tidak baik, sehingga tidak ada sel telur yang sering dikeluarkan. Atau mungkin gangguan dari rahimnya. Misalnya, rahim tersumbat karena infeksi, tumor, atau bentuknya yang tidak normal. Terkadang, kelainan letak rahim juga mempersulit perjalanan sperma untuk bertemu dengan sel telur.
Menurut Ova, sebagian besar penyebab dari perempuan adalah kelainan hormon, dan kelainan rahim. Dalam pengamatan Ova, gangguan di rahim akibat infeksi, cukup sering terjadi. Sayangnya, perempuan kadang tidak menyadari kalau keputihan bisa menyebabkan sulitnya terjadi kehamilan. ''Kalau kita infeksi, berarti spermanya sudah mati duluan sebelum sampai sel telur. Orang yang tidak tahu menyangka tidak ada hubungannya antara keputihan dan infeksi''.