REPUBLIKA.CO.ID, Air susu ibu (ASI) merupa kan makanan terbaik untuk bayi pada usia enam bu lan pertama kehidupannya. Menyadari fakta pen ting tersebut, banyak ibu yang bertekad memberikan ASI eksklusif untuk anaknya. Akan tetapi, menyusui ternyata susah-susah gampang.
Tekad saja ternyata tak cukup untuk menyukseskan pemberian ASI. Ibu juga harus berilmu dan memiliki keyakinan bah wa semua masalah ada solusinya. Contohnya, ketika si kecil menolak menyusu. Ada daya bunda ketika hal itu terjadi?
Untuk menanggulangi masalah, ibu tentu harus mengenali akar persoalan menyusuinya. Jack Newman MD FRCPC menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat bayi menolak menyusu. Salah satunya, karena saat lahir, bayi tidak langsung dikenalkan pada puting ibu atau tak langsung disusui. “Bayi yang menyusu dengan bantuan dot atau puting tiruan akan merasa asing dengan puting ibunya,” ujar pakar laktasi internasional tersebut.
Pemberian susu lewat botol menurun kan keinginan bayi untuk menyusu dari puting ibu. Persoalannya, di rumah sakit masih ada saja bayi yang mendapatkan su su melalui dot. “Jika dari awal lahir langsung diberi dot dan berlangsung hingga tiga bulan, anak tidak akan mau menyusu lagi,” ujar Ketua Asosiasi Konsultan Laktasi Internasional Indonesia dr Asti Praborini SpA IBCLC dalam acara yang sama.
Fenomena tersebut populer dengan istilah “bingung puting”. Sepanjang periode 1 Januari hingga 31 Desember 2012, Asti menemukan 58 kasus bingung puting di tempat praktiknya di RSIA Kemang Medical Care. “Bingung puting ditandai dengan kon disi bayi menolak payudara, menangis, mengamuk, mendorong payudara, serta bayi tidak mau menghisap dan segera me lepaskan,” ujarnya.
Di samping itu, Newman memantau ada hal lain yang dapat memicu anak me nolak menyusu. Pemisahan ruang pera watan ibu dan anak pascakelahiran juga turut berpengaruh. Sering kali, ibu berada di ruang rawat inap bersalin, sedangkan bayinya ada di ruang perawatan bayi. “Kondisi seperti itu masih jamak di Indonesia,” ujar Asti.
Selain itu, ada bayi yang menolak menyusu lantaran faktor kelainan anatomi. Misalnya, puting ibu terbalik atau lidah bayi pendek. Faktor lain, seperti kurangnya dukungan tenaga kesehatan atau institusi tempat melahirkan, kurangnya dukungan keluarga, dan aspek kultur maupun psikolo gis juga bisa mengondisikan bayi untuk menolak menyusu. “Andaikan tak ditangani dengan tepat, masalah itu dapat membuat ibu gagal memberikan ASI,” ujar Asti.