REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kunjungan anak ke dokter gigi masih rendah. Berdasarkan data dari RSGM FKG UGM, hingga Agustus 2013 kunjungan ke dokter gigi untuk konsultasi dengan bagian anak baru sekitar 20 persen dari total kunjungan pasien RSGM.
Hal itu dikemukakan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM, Dr. drg. Erwan Sugiatno, MS., Sp. Pros (K) dalam jumpa pers Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2013 di RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) FKG UGM, Kamis (19/9).
Penyebab masih rendahnya kunjungan anak ke dokter gigi antara lain: masih banyak orang tua yang beranggapan keliru gigi susu tidak perlu mendapat pemeliharaan layaknya gigi permanen.
Padahal, Erwan melanjutkan, secara anatomi, gigi susu lebih rentan terhadap terjadinya gigi berlubang yang bila dibiarkan dapat menyebabkan rasa sakit, abses dan tanggal sebelum waktunya.
Bila ini terjadi, dapat menyebabkan tulang rahang tidak tumbuh secara maksimal. Sehingga ketika gigi permanen tumbuh, tidak terdapat ruang yang cukup dan mengakibatkan gigi tumbuh berjejal.
Selain itu, masalah pada gigi susu juga berakibat pada gangguan fungsi pengunyahan, dan kesulitan pelafalan huruf dalam berbicara.
Lebih lanjut dia mengungkapkan data bagian kedokteran gigi anak RSGM FK UGM mencatat sekitar 30 persen anak yang berkunjung mengalami masalah gigi tanggal melewati waktu atau tanggal terlambat dari waktu idealnya. Hal ini mengakibatkan gigi permanen tumbuh tidak teratur.
Komponen gigi hilang dari indeks gigi berlubang (DMFT) di Yogyakarta berada pada posisi kedua tertinggi di Indonesia. "Padahal dengan upaya preventif yang dimulai dari merawat gigi susu sejak anak-anak, angka gigi berlubang dapat dikurangi," tutur Erwan.