REPUBLIKA.CO.ID, Pneumonia sangat rentan menjangkiti balita. Bayi yang berat lahirnya rendah maupun yang memiliki kondisi medis seperti sakit bawaan dan masalah ketahanan tubuh lebih berisiko terinfeksi kuman penyebab pneumonia. Kasus pneumonia lebih banyak menimpa balita yang tinggal di lingkungan padat, berpolusi, dan umumnya berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah.
“Balita yang imunitasnya rendah, tidak mengonsumsi ASI, dan meng alami gizi kurang atau buruk juga berisiko terkena pneumonia,” kata Bambang.
Untuk menumpas infeksi pneumonia, dokter akan memberikan antibiotik dosis tinggi kepada pengidapnya. Akan tetapi, meskipun ada obatnya, masyarakat perlu mengingat resistensi kuman terhadap antibiotik juga meningkat. Karena itu, mencegah pneumonia jauh lebih baik ketimbang mengobatinya. Balita dapat terlindungi dari serangan pneumonia dengan vaksinasi DPT, Hib, campak, dan pneumokokus.
Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur parasit. Dalam kebanyakan kasus, bakteri merupakan penyebab utama pneumonia pada balita. “Kasusnya paling sering berasal dari infeksi bakteri Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza tipe b (Hib),” jelas Prof Bambang Supri yatno SpA(K).
Pneumonia dapat ditularkan melalui beberapa cara. Sebetulnya, kuman tersebut memang biasa ditemukan pada hidung dan tenggorokan manusia. Akan tetapi, ketika kumannya masuk ke jalur pernapasan bawah, paru-paru akan terpengaruh. Penularan juga bisa terjadi melalui udara lewat percikan ludah pa da saat bersin, batuk, ataupun berbicara. “Anak yang menderita pneumonia ditandai dengan gejala napas cepat, sesak, dan batuk pilek,” papar dokter anak dari UKK Respirologi IDAI Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo.
Gejala pneumonia cukup bervariasi. Secara umum, anak akan mengalami demam, batuk, napas cepat. Gejala khasnya ada pada napas yang tampak sesak sekali. Ketika anak bernapas, akan terlihat tarikan dinding dada ke da lam. Napasnya juga memburu dan berat. “Jika menemui kondisi anak yang sulit bernapas atau bernapas sangat cepat dan bibir kebiruan, segera hubungi dokter untuk penanganannya,” tutur Bambang.