REPUBLIKA.CO.ID, Tidak semua sinar yang dipancarkan matahari baik untuk kulit. Ada beberapa jenis sinar seperti ultra violet A dan B, yang apabila terpapar berulang-ulang akan berakibat buruk bagi kulit.
Dermatolog dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr Shannaz Nadiayusharyahya SpKK, mengatakan tidak ada patokan pada suhu berapa kulit akan mulai menampakkan gejala radiasi. Hal ini sangat bergantung tipe dan jenis kulit.
Menurutnya, dalam sinar matahari yang dipancarkan terkandung berbagai macam gelombang dengan panjang yang berbeda-beda. Ada tiga jenis sinar, yaitu ultra violet A, B, dan C. Ultra violet (UV) A memiliki panjang gelombang 100 nanometer (nm) sampai 290 nm. UV B panjang gelombangnya 290 nm sampai 320 nm dan UV C 320 nm sampai 400 nm.
“Semakin panjang gelombang sinar UV, maka makin besar dampak kerusakan yang ditimbulkan pada kulit. Dalam jumlah kecil sinar UV A dan UV B dipancarkan oleh lampu. Tapi karena jumlah paparannnya kecil, maka dampaknya hampir tidak ada,” ujar Shannaz, kepada Republika, pekan lalu.
Dijelaskan, sinar UV tetap memiliki efek menguntungkan bagi kulit karena membantu produksi vitamin D dalam kulit. Vitamin ini memiliki banyak fungsi bagi tubuh, yaitu menjaga kekebalan dan membantu pertumbuhan tulang. Karena itu setiap orang disarankan berjemur 30 menit di bawah sinar matahari pagi.