Rabu 11 Dec 2013 11:18 WIB

Waspadai Ini Jika Anak Jatuh

Anak jatuh/ilustrasi
Foto: blogspot
Anak jatuh/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Saat anak jatuh, kebanyakan orang tua akan panik. Memar, benjolan, ataupun darah di sekitar kepala membuat orang tua semakin deg-degan. Mereka pun tak mau mengambil risiko dan memutuskan memboyong anaknya ke Unit Gawat Darurat (UGD) ataupun ke tempat praktik dokter. Bijaksanakah langkah tersebut?

Ketika anak jatuh dan mengalami memar, benjol, ataupun berdarah di bagian kepalanya, orang tua tidak perlu panik. Tidak semua cedera kepala itu berbahaya. Gejala-gejala tersebut bukanlah pertanda pasti anak mengalami gegar otak. “Benjol atau memar sebagian besar disebabkan pendarahan di antara kulit kepala dan tulang tengkorak,” ujar dr Attila Dewanti, SpA (K).

Keadaan tersebut biasanya relatif tidak berbahaya. Tak ada bahaya yang mengancam selama anak tetap sadar penuh, tidak muntah, tidak pusing, masih bisa terjaga, serta tidak tampak mengantuk terus. “Jika setelah jatuh anak masih menjawab ketika ditanya, masih bisa mengikuti perintah, masih melek, serta masih bisa ketawa-ketawa, itu tandanya ia masih aman,” kata dokter anak dari Brawijaya Wo men and Children Hospital, Jakarta, ini menguraikan.

Walaupun begitu, orang tua tidak boleh mengabaikan anaknya yang cedera kepala. Orang tua harus memeriksa dan mencermati keadaan anak, terutama dalam 24 sampai 72 jam pertama. Mengapa begitu? “Sebab, gejala gegar otak bisa terlihat langsung maupun tidak langsung,” ujar Attila. Cepat lambatnya kemunculan gejala gegar otak tergantung dari pendarahan yang terjadi di dalam otak.

Gegar otak bisa ditandai dengan adanya perubahan pada anak. Jika setelah jatuh atau kecelakaan ia menjadi tidak sadarkan diri atau bengong saja, gelisah, kejang-kejang, muntah-muntah, atau sakit kepala, orang tua sebaiknya waspada. Demikian juga, jika ia mengalami gangguan bicara atau penglihatan, tangan atau kaki tiba-tiba lumpuh, atau berkurang aktivitasnya. “Jangan sepelekan kalau tiba-tiba Anda melihat ada darah atau cairan otak keluar dari hidung, anak terdengar mendengkur, dan napasnya tidak normal,” ujar Attila memaparkan.

Selain itu, gejala gegar otak juga dapat terpantau dengan mudah pada bayi. Ia akan bersikap tidak biasa, men jadi lebih cengeng dan lebih banyak tidur. Jika dampak berlangsung cepat, anak bisa tidak sadarkan diri sesaat setelah terbentur, tiba-tiba tidak dapat menggerakkan anggota badannya atau terganggu kemampuan bicaranya. “Keluh an akan bergantung pada bagian otak mana yang bengkak atau terdesak gumpalan darah,” katanya.

Sebaliknya, jika pendarahan yang terjadi hanya berupa rembesan, awal timbul gejalanya akan tertunda. Beberapa hari kemudian barulah muncul gejalanya. Oleh sebab itu, memantau trauma atau cedera kepala dalam 72 jam pertama setelah setelah kejadian tidak boleh diabaikan. “Jika menemukan tanda bahaya tersebut, segera bawa anak ke dokter,” ujar Attila menyarankan.

Jika tidak segera diberi tindakan, trauma atau cedera kepala akan menyebabkan kecacatan, bahkan kematian pada anak. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement