REPUBLIKA.CO.ID, Bila teknologi bedah membantu pemulihan fungsi alat reproduksi perempuan, lain lagi dengan efek yang ditimbulkan di area kulit. Risiko pascamelahirkan yang juga kerap terlupakan oleh calon ibu adalah perubahan tampilan kulit, baik kulit wajah maupun bagian tubuh lainnya.
Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin dari Perempuan Clinic Bunda International Clinic, dr Amaranila Lalita Drijono SpKK, masalah kulit yang dihadapi, terutama pascaoperasi caesar, cukup beragam, mulai dari acne alias jerawat, stretchmarks, bercak hiperpigmentasi (kloasma gravidarum), kerontokan rambut, hingga timbulnya scar atau bekas luka.
Tanpa penanganan yang benar, berbagai masalah kulit ini dapat mengganggu kepercayaan diri perempuan, bahkan keharmonisan rumah tangga. “Apalagi, bila bekas luka pascaoperasi yang bentuknya menonjol disertai rasa gatal atau nyeri. Efeknya bisa sampai mengganggu kenyamanan berhubungan intim sehingga kehidupan seksual pasangan pascamelahirkan dapat terganggu,” kata Nila.
Namun, hal tersebut sebenarnya dapat diminimalisasi, yaitu dengan memberikan kelembaban pada kulit sedari awal masa kehamilan. Sedangkan, jerawat bisa dirawat agar tidak meninggalkan bekas/scar dengan penggunaan asam glikolat secara teratur. Bekas luka caesar juga diminimalisasi dengan penggunaan gel topical.
Di sisi lain, masalah psikis serta sosial juga acap kali menimpa perempuan usai melahirkan, seperti depresi postpartum. Untuk masalah ini, bantuan psikiater dan dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk memulihkan kondisi hingga tiga bulan pascamelahirkan.
“Jangan lupa, ibu akan mengalami penurunan kadar kalsium hingga 20 persen. Karena itu, penting untuk medical check-up pascamelahirkan guna mengetahui kondisi kesehatan,” ujar dr Ivan mengingatkan. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi papsmear, screening kanker payudara, dan kondisi tulang (bone densitometri).