REPUBLIKA.CO.ID, Menurut psikolog Kasandra Putranto, bergerak itu baik untuk tumbuh kembang anak. Anak yang bergerak aktif akan sehat dan bugar secara fisik, mental, dan spritualnya. Kasandra pun menganjurkan orang tua untuk tidak melarang anak bergerak. Justru, memberikan kesempatan anak untuk banyak bergerak.
Misalnya, ketika beberapa bulan setelah lahir, biasanya para orang tua membungkus anaknya dengan kain atau dikenal dengan istilah bedong. Alasan agar kaki anak tak bengkok menjadi penyebabnya. Kasandra mengatakan, hal tersebut belum tentu terbukti. Dibedong menurutnya bertujuan memberikan anak kehangatan, seperti ketika ia di dalam rahim ibu.
Ketika anak berusia beberapa bulan, Kasandra meminta orang tua tidak membedong lagi. Biarkan tangan dan kakinya bergerak bebas. Seiring bertambahnya usia anak, berikan kesempatan untuk meraih sesuatu, melempar, duduk, merangkak, merambat, berdiri, berjalan, berlari, dan naik tangga.
Kemudian, ketika anak sudah lebih besar atau sudah masuk sekolah dasar, ajak anak menendang bola, bersepeda, atau olahraga lainnya, seperti renang. Saat mengajak anak berolahraga, orang tua juga sebaiknya ikut berolahraga demi menjadi teladan bagi anak. “Harus dibiasakan sejak kecil (bergerak). Semakin lama bertahap semakin meningkat kemampuan anak untuk bergerak,” ujarnya. Termasuk, ketika anak mulai mengacak-acak mainannya. Biarkan saja ia bermain, jangan melarangnya. Setelah puas bermain, minta anak untuk merapikan mainannya kembali.
Namun, kemajuan teknologi seakan membatasi gerak anak. Anak kerap dibiarkan diam di depan gadget atau televisi. Sedangkan, orang tua atau dewasa lainnya sibuk mengurus rumah. Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan berdampak buruk terhadap anak. Secara fisik, misalnya, tulang belakang anak akan melengkung. Tulangnya tidak tumbuh dengan baik. Ini karena posisi duduknya yang tidak tepat. Selain itu, otot-otot leher anak juga menjadi tidak baik.
Perkembangan mental anak pun bisa terhambat. Penyakit emosional muncul. Anak akan mudah marah saat kalah dalam bermain gim di gadget. Dampak buruk lainnya, anak akan terpaku dengan kegiatan dalam ruangan. Ia akan malas melakukan kegiatan luar ruangan. “Anak akan malas keluar rumah dengan alasan panas atau capai,” ujarnya.
Tak hanya itu, pengaruh dari kecanduan televisi, gadget, gim, ataupun internet akan membuat anak semakin mereduksi hubungan interpesonal dengan orang lain. Anak juga bisa bermasalah dengan prestasi sekolahnya.