REPUBLIKA.CO.ID, Homeschooling yang kian menjamur, membuat orang tua makin tak ragu menyekolahkan anaknya di rumah. Psikolog Tika Bisono menilai sekolah formal merupakan tempat paling pas bagi anak-anak mengenal dunianya. Meski begitu, kata Tika, homeschooling juga cukup baik.
Menurutnya, homeschooling bisa dimanfaatkan oleh anak-anak yang tidak bisa mendapatkan hak pendidikannya di sekolah formal, misalnya sakit, tinggal di pedalaman, ataupun sebab-sebab lain yang membuat anak-anak kesulitan menjangkau sekolah formal.
“Homeschooling bisa jadi alternatif jika si anak tidak memungkinkan belajar di sekolah formal,” ujarnya. Tika menyebut sekolah formal berguna untuk mengembangkan psikososial anak, sedangkan homeschooling berperan pada kondisi ketika anak tidak mampu bertemu dengan kondisi sosial di sekolah formal.
“Homeschooling akan membuat anak tetap terhubung dengan dunia sekolah. Tinggal bagaimana homeschooling tetap setara dan menyajikannya sesuai porsi karena itu penting untuk mencegah anak-anak merasa terasing,” kata Tika. Namun, ia menyarankan sebaiknya anak-anak yang menjalani homeschooling adalah mereka yang benar-benar kesulitan menjangkau sekolah formal.
Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Lody Paat, mengungkapkan bahwa homeschooling mulai benar-benar dimanfaatkan sebagai pendidikan alternatif di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. Beberapa tokoh perjuangan kemerdekaan saat itu, salah satunya KH Agus Salim, menerapkan metode homeschooling kepada anak-anaknya sebagai bentuk perlawanan dan upaya mendapatkan hak pendidikan.
Lody melihat homeschooling yang dilakukan saat ini tidak mempunyai motif jelas. Apalagi, tak sedikit penyelenggara homeschooling mematok harga mahal yang hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah ke atas.
Menurutnya, motif homeschooling perlu dianalisis kembali karena saat ini sudah tidak ada lagi perlawanan terhadap ketidakadilan pendidikan Belanda. “Sudah saatnya homeschooling diorganisasi dengan baik dan sebaiknya homeschooling memang dilakukan oleh orang tua,” ujar Lody.
Jangan sampai homeschooling sekadar dijadikan upaya pelarian sang anak. “Mereka memilih homeschooling hanya karena mengikuti kemauan anaknya yang tidak ingin bersekolah di sekolah formal,” kata Lody.