REPUBLIKA.CO.ID, Perempuan hamil yang terpapar kadar tinggi rokok secara pasif memiliki risiko yang tinggi terhadap keguguran, kematian janin dalam perut, dan melahirkan bayi yang meninggal.
''Dulu isu perokok pasif sering dikaitkan dengan penyakit orang dewasa,'' ujar epidemiologis Andrew Hyland. ''Studi baru ini menunjukkan perokok pasif bisa memengaruhi bayi yang belum lahir.''
Hyland memimpin studi di Roswell Park Cancer Institute di Buffalo, New York. Ia menemukan hubungan antara perempuan hamil yang terpapar asap rokok sama berbahayanya dengan perempuan hamil yang merokok.
''Ini adalah studi pertama yang menunjukkan perokok pasif sama efeknya dengan menjadi perokok aktif,'' kata Dr Maurice Druzin, dari Stanford University Medical Center di California.
Tim dari Hyland menggunakan data dari 80 ribu perempuan berusia 50 hingga 79 tahun. Periset bertanya apakah perempuan tersebut merokok dan kadar paparan sebagai perokok pasif yang mereka terima sebagai anak-anak dan dewasa. Termasuk sejarah masalah kehamilan.
Diantara perempuan yang tidak merokok, kemungkinkan melahirkan janin yang meninggal di perut lebih tinggi 22 persen dibanding mereka terpapar asap rokok.
Sedang perempuan yang terpapar dalam kadar tinggi terhadap asap rokok, setidaknya selama 10 tahun sejak anak-anak dan 20 tahun selama dewasa dan 10 tahun di tempat kerja, risikonya naik hingga 61 persen. Risiko keguguran juga meningkat hingga 17 persen.
Periset pun menyarankan pentingnya meminimalkan paparan rokok saat hamil.
''Ada kemungkinan biologis bahwa menjadi perkok pasif berdampak terhadap kesehatan reproduktif tak hanya selama ia hamil tapi selama hidup perempuan,'' kata Hyland.
Pesan yang terkandung dari studi adalah perempuan yang tidak merokok pun berisiko tinggi bila terpapar asap rokok secara rutin.
American Cancer Society memperkirakan 10 hingga 15 persen perempuan merokok selama kehamilannya. Dan sebanyak 5 persen kematian balita bisa dicegah bila perempuan hamil tidak merokok.