Jumat 21 Mar 2014 10:19 WIB

Mengajarkan Anak Budaya Sendiri dari Rumah

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Invasi budaya membuat orang tua harus membekali anaknya dengan kecintaan budaya Indonesia.
Foto: M Risyal Hidayat/Antara
Invasi budaya membuat orang tua harus membekali anaknya dengan kecintaan budaya Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, Budaya atau jenis kesenian yang diserap anak-anak berpengaruh langsung pada sikap dan tingkah laku anak. Psikolog Seto Mulyadi mengatakan, satu proses perilaku pada anak dipengaruhi dari proses belajar dari lingkungan.

Keprihatinan tokoh anak yang satu ini pun jatuh pada maraknya invasi budaya asing di ruang publik yang mudah diserap anak. Televisi dan internet dikatakannya jauh lebih banyak menampilkan muatan asing dibandingkan lokal.

“Budaya Korea lebih disenangi karena dinilai anak-anak lebih modern. Karena itu, harusnya budaya Indonesia juga dibuat modern,” ujar Seto.

Menurutnya, pecinta anak dan semua lapisan masyarakat harus mengembalikan kecintaan anak terhadap budaya lokal. Dulu, anak-anak dapat belajar dari berbagai ragam kesenian tradisional Tanah Air. Mulai dari tari, lagu, hingga pertunjukan drama dengan pesan moral di dalamnya.

Kini, invasi budaya membuat orang tua perlu membekali anaknya dengan kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Seto menjelaskan, orang tua sebagai pendidik utama harus mendidik anak agar mau mencintai seni dan budaya negaranya sendiri. Terutama, sejak dini.

Biasakan mendongengkan cerita rakyat, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. “Dengan mengenal seni dan budaya Indonesia sejak dini maka akan muncul jiwa nasionalisme yang tinggi pada anak nantinya,” ujarnya.

Kemudian, ketika anak berusia dua atau tiga tahun, lanjutkan mengenalkan budaya dengan dongeng. Selain itu, bisa kenalkan anak dengan permainan tradisional,

seperti gerobak sodor, gangsing, egrang, congklak, hingga bermain wayang. Biasakan pula menyajikan kuliner khas Indonesia.

Mengenalkan budaya lokal perlu diajarkan secara menarik, bersahabat, dan tanpa paksaan. Seto Mulyadi mengatakan, gunakan bahasa yang baik ketika mengajarkannya.

Anak adalah peniru yang terbaik. Mereka meniru orang tuanya. Karena itu, orang tua harus memberikan model atau contoh yang baik. Misalnya, setiap hari orang tua menyanyikan lagu tradisional di rumah, seperti lagu “Gundul- Gundul Pacul”, “Cublek-Cublek Suweng”, “Manuk Dadali”, atau lagu daerah lainnya.

Menyanyi lagu daerah bisa dilakukan sambil memasak, menyapu, mengepel rumah, atau bahkan sambil marah sekalipun. “Jangan lupa kenalkan pula kepada anak daerah asal lagu yang dinyanyikan orang tua,” katanya menyarankan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement