Kamis 03 Apr 2014 16:13 WIB

Minat Anak-Anak Terhadap Sains Masih Minim

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Indira Rezkisari
Sains dan anak-anak.
Foto: voa
Sains dan anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Minat anak-anak Indonesia terhadap sains masih minim. Hal ini lantaran sains dipandang rumit dan membosankan. Padahal sains bisa menjadi cara untuk memajukan sebuah negara.

"Indonesia diprediksi menempati posisi tujuh negara dengan perekonomian terkuat. Kunci penguasaannya, ya, sains. Sains harus jadi kekuatan untuk membangun ekonomi," ujar Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional RI, Agus Subekti, Rabu (2/4).

Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), sains digadang-gadang menjadi motor inovasi. Di MP3EI, ada fokus dan kebutuhan terkait sains. Pertama, masalah prosentase penduduk Indonesia yang menguasai sains. "Bahkan ada kecenderungan anak-anak enggan mempelajari sains," kata Agus. Ini menjadi tantangan bersama bagaimana sains bisa dicintai masyarakat.

Fokus kedua yakni masih relatif kecilnya anggaran yang diinvestasikan untuk penelitian sains. Tahun lalu, anggaran penelitian sains hanya 0,08 persen. Namun Agus berharap anggaran tersebut bisa mencapai satu persen. "Karena beberapa negara di Asia, anggaran penelitian untuk sains sudah sampai dua persen," ucapnya.

Kedua hal tersebut, kata Agus, menjadi prioritas basis ekonomi Indonesia. Pemerintah pun sudah mempunyai target bidang sains yang akan dikejar, yakni IPA, pertanian dan keteknikan. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Indonesia pun sudah mempunyai 'modal' yaitu UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

"Di sana, ada jaminan pembiayaan untuk penelitian sebesar 30 persen dari dana operasional perguruan tinggi," ujarnya.

Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kemendikbud, Arief Rachman mengatakan sains adalah salah satu kunci mendorong dan mempercepat kemajuan suatu negara. "Tanpa sains, suatu negara tidak akan maju dengan sukses dan berkelanjutan," kata dia.

Meski begitu, Arief mengakui minat terhadap penelitian sains mulai meningkat tapi belum mencukupi dan harus lebih diperbanyak lagi. "Negara maju biasanya didasari oleh pembangunan penelitian karena itu adalah puncak keterpelajaran manusia dan dasar peradaban," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement