REPUBLIKA.CO.ID, Mantan model Soraya Haque masih ingat masa kecil anaknya. Satu hal yang paling diingatnya adalah betapa anak sulungnya sangat susah makan sayur.
Menurutnya, ketidaksukaan anaknya pada sayur adalah kesalahannya sendiri. Sebab, ia dulu hanya mengenalkan sayur yang menurutnya rasanya enak.
Pada anak kedua dan ketiga, Soraya lantas mengajarkan anaknya tidak pilih-pilih makanan. ''Saya kasih sayuran buncis, sayuran yang baunya saja sudah tidak enak apalagi rasanya,'' ungkapnya, ''Dan, langsung dikunyah.''
Cara yang terbukti ampuh, anak kedua dan ketiga Soraya kini suka sayuran. Pengalaman Soraya mirip yang dilakukan Dr William Sears, dosen kedokteran anak University of California, di kliniknya.
Dari pengalamannya, dokter ini meyakini, bila seorang bayi memulai makan padat pertamanya dengan makanan buatan instan racikan pabrik maka ia akan menyimpulkan begitulah rasa yang seharusnya. Cita rasa dan 'perasaan' perutnya akan terhubung dengan makanan itu. Selanjutnya, ia akan cenderung menjauhi makanan yang terbuat dari sayur-sayuran segar.
Karena itu, dokter yang menulis 30 buku pengasuhan anak tersebut menyarankan anak harus diajarkan sejak dini untuk menikmati rasa makanan segar sebelum ia terlanjur lengket pada cita rasa artifisial pada makanan jadi. Artinya, si kecil dibiasakan dengan makanan buatan sendiri yang segar, tidak mengandung pemanis berlebihan dan kadar lemak tinggi.
Sears menguji hipotesisnya pada anaknya dan pasien kliniknya. Ia betul-betul menjauhkan mereka dari makanan buatan pabrik dan junk food. Apa yang terjadi? Ternyata anak-anak ini saat mulai besar tak terlalu suka makanan yang 'enak-enak' untuk kategori anak.
''Mereka makan kentang goreng dan menjilati gula kue ulang tahun dari jari mereka, tapi mereka tidak berlebihan, '' kata Sears, ''Itu perbedaannya.''
Pada anak-anak ini, ungkap Sears, mereka cenderung tak mau makan makanan itu dalam jumlah banyak. Sebab, mereka merasa ada tanda-tanda 'enek'.