REPUBLIKA.CO.ID, Produsen masa kini makin jeli membuat variasi produknya. Tak hanya menjadikan orang dewasa sebagai target pasar, mereka membidik anak-anak untuk menjadi konsumen produk perbankan, mode, ataupun makanan dan minuman. Alhasil, anak semakin dini mengikuti arus mode.
Jangan heran bila melihat anak perempuan kelas 1 SD yang sudah bisa merengek minta dibelikan kaus bergambar kartun Disney Frozen. Atau melihat anak kecil menangis di tepi jalan karena sang bunda tak mau membelikan balon berbentuk tokoh kartun Minnion.
Sosiolog dari Universitas Indonesia Ida Ruwaida Noor mengamati anak zaman sekarang yang cenderung konsumtif. Hal ini terlihat dari banyaknya anak-anak yang jajan, nongkrong di kafe, atau jalan-jalan ke mal tanpa didampingi orang tuanya.
Fenomena ini terjadi di semua lapisan masyarakat dengan kadar yang berbeda. “Bukan hanya anak-anak dari kalangan berpunya yang konsumtif,” komentar Ida.
Budaya konsumtif tersebut merupakan dampak dari ekonomi yang tidak produktif. Inilah efek dari pembangunan pusat belanja yang demikian masif menyerbu masyarakat, baik berupa mal maupun toko retail di perkampungan. Selain itu, teman sebaya juga ikut memengaruhi anak menjadi konsumtif, misalnya, dengan mengikuti kegiatan yang berbayar.
Anak juga digoda dengan iklan yang semakin menggempur. Tak hanya itu, media massa juga banyak meng-endorse perilaku konsumtif kepada anak. “Faktor lingkungan sangat berpengaruh,” ujar Ida.
Seluruh pengaruh tersebut mudah masuk ke alam pemikiran anak-anak, terlebih jika orang tua tidak kuat membentengi buah hatinya. Orang tua yang tidak mengajarkan anak bersikap kritis akan membuat anak menjadi konsumtif.
Sebaliknya, jika pola pengasuhan orang tua tepat, godaan hidup konsumtif akan mudah ditolak oleh anak. “Untuk itu, ayah dan ibu perlu mengajarkan anak untuk menghargai uang, menggunakan uang dengan bijak, membantu mengenalkan skala prioritas, serta membimbing anak membedakan kebutuhan dan keinginan,” saran Ida.
Sebagian orang tua muda justru malah mendorong anak berperilaku konsumtif. Dengan memberikan uang jajan berlebihan, contohnya. Adanya uang saku yang jumlahnya besar memicu anak untuk jajan di sekolah atau di luar sekolah anak. Orang tua pun kerap memberikan fasilitas lain yang mendorong anak berpola konsumtif.