REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa orang tua mengikuti gaya pengasuhan anak seperti yang dilakukan orang tua mereka terhadap mereka sewaktu kecil. Beberapa lainnya memilih cara baru dan berbeda. Psikolog sekaligus penulis dan peneliti pengasuhan anak, Dr. Justin Coulson mengatakan telah ada beberapa gaya pengasuhan anak yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Setidaknya ada lima gaya pengasuhan tersebut. ROLers, apakah Anda bertanya-tanya apa bentuk pengasuhan yang Anda lakukan? Berikut pemaparannya, dilansir dari Mother and Baby, Jumat (9/5):
4. Tipe free range
Orang tua dengan gaya ini memiliki sikap toleransi yang cukup luas ketika membesarkan anak-anaknya. Mereka membebaskan anaknya bermain, bahkan menjelajah dunia sekalipun dengan cara mereka sendiri. Para orang tua tipe ini memiliki pendekatan yang santai namun disiplin untuk anak-anaknya.
Toleransi ini menyebabkan orang tua free range memungkinkan anak-anaknya belajar bagaimana menjadi mandiri dan menemukan sendiri dunia mereka. Mereka boleh berkeliaran, mencari, menemukan, pergi ke berbagai tempat, dan mencoba hal-hal baru.
Sayangnya, jika orang tua tipe ini terlupa dengan disiplin terhadap anaknya, maka itu akan meningkatkan risiko keselamatan fisik dan emosional sang anak. Anak-anak yang terlampau dibiarkan bebas akan menghasilkan anak-anak yang nakal.
5. Tipe ayah lumba-lumba
Peneliti Amerika, Shawn Akhor dari Wharton School of Business baru-baru ini menciptakan gaya pengasuhan lumba-lumba. Ia percaya seorang ayah lumba-lumba memiliki pendekatan sosial yang menyenangkan dan optimis dalam membesarkan anaknya sebab dia memandang anak sebagai teman.
Beberapa ilmuwan percaya kondisi mental yang positif adalah kunci nyata untuk kesuksesan anak. Kebanyakan orang tua ingin memiliki hubungan yang baik dengan anak-anak mereka. Coulson mengatakan memiliki ayah atau ibu lumba-lumba akan menghasilkan anak yang hebat, kuat pengalaman, dan menyenangkan.
Keterbatasan gaya ini adalah orang tua satu waktu akan kehilangan rasa hormat dari sang anak dan kehilangan otoritasnya. Menjadikan anak sebagai teman satu waktu bisa membuat hubungan memanas ketika Anda sebagai orang tua ingin menegakkan batas dan standar untuk anak-anak Anda.