REPUBLIKA.CO.ID, Kehidupan keluarga dapat memengaruhi berat badan anak. Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan Norwegia Institute of Public Health di Norwegia melaporkan bahwa anak-anak dari pasangan orang tua yang bercerai cenderung mengalami obesitas atau kegemukan.
Tim menganalisis 2.166 anak dengan rincian 1.537 anak perempuan dan 1.629 anak laki-laki dari 127 sekolah di seluruh Norwgia. Anak-anak itu berusia rata-rata 8,3 tahun dan merupakan bagian dari Norwegian Child Growth Study pada 2010. Tim kemudian emngukur tinggi, berat badan, dan lingkar pinggang mereka untuk menyimpulkan apakah mereka memiliki kelebihan berat badan dengan menggunakan definisi dari International Obesity Task Force.
Obesitas bisa dilihat dari lingkar perut yang berlebihan (abdomen) dengan membandingkan rasio pinggang dengan tinggi. Peneliti kemudian membagi anak-anak menjadi kelompok berdasarkan status perkawinan orang tua mereka, termasuk pasangan menikah, belum menikah, orang tua tunggal, hingga orang tua bercerai. Hasilnya, anak laki-laki lebih terpengaruh dengan perceraian orang tuanya dibandingkan anak perempuan.
Sebanyak 19 persen anak-anak hasil studi mengalami obesitas dan 8,9 persennya mangalami obesitas di perut saja. Tidak ada perbedaan gender yang mencolok terjadi pada kasus obesitas perut. Dilansir dari Medical News Today, Selasa (17/6), lebih dari 54 persen anak yang pasangan orang tuanya bercerai mengalami obesitas dan 89 persennya juga mengalami obesitas perut.
Peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor berpengaruh lainnya, seperti pendidikan ibu, tempat tinggal, hingga etnis. Sebanyak 63 persen anak laki-laki mengalami obesitas karena orang tuanya bercerai. Pola yang hampir sama juga terjadi pada anak perempuan.
Meskipun belum diketahui persis mengapa anak-anak dari orang tua bercerai tampaknya berisiko lebih tinggi mengalami obesitas, peneliti berhipotesis bahwa orang tua yang bercerai biasanya menghabiskan lebih sedikit waktu untuk memasak dan memiliki ketergantungan tinggi pada makanan jadi atau cepat saji.
Selain itu, peneliti mencatat bahwa perceraian juga menyebabkan berlanjutnya konflik orang tua yang membuat anak harus memulai hubunan baru. Stres emosional tersebut berdampak pada perilaku dan aktivitas fisik anak, termasuk makan. Anak laki-laki lebih rentan karenanya dibandingkan anak perempuan.