REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hati-hati bagi orang tua yang suka kebiasaan membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya merupakan penganiayaan psikologi anak.
"Kebiasaan membanding-bandingkan anak terkadang tidak terasa, harus dihindari karena itu merupakan penganiayaan psikologi anak," kata Psikolog Sitaresmi Setyawati Soekamto di Bandung, Ahad (22/6).
Sita menyatakan orang tua baik ibu maupun ayah mesti bisa menjaga keseimbangan dan perlakuan bagi anaknya yang lebih dari satu. Sebabnya dalah dalam pembentukan karakter anak, hal itu sangat berpengaruh yang terkadang memunculkan perilaku yang pesimistis, atau terkadang ekplosif memberi perlawanan.
"Anak tak mau dibandingkan karena itu merupakan penganiayaan psikologi anak," kata Sita.
Lebih lanjut, doktor lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan sosok ibu merupakan stabilisator dalam rumah tangga yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan perilaku anak-anaknya,
"Sosok ibu sangat vital di rumah tangga, sebagai stabilisator dan pembentuk utama karakter serta perilaku bagi anak-anaknya termasuk penghuni rumah," kata Sita.
Sita menjelaskan seorang ibu harus menjadi sosok teladan anaknya. Memberikan nasehat, membiasakan anak untuk disiplin, serta melalukan kontrol perilaku dan karakter. Anak bukan sekadar anugerah, investasi atau aset pribadi, tapi merupakan aset umat.
Selain itu ibu berperan dalam keluarga, sosok ayah juga harus memberikan warna dalam keluarga karena bila dalam keluarga tidak memberi warna maka anak kehilangan sosok bapak yang maskulin. Banyak kasus, anak-anak yang kehilangan sisi maskulinnya karena tidak mendapatkan figur bapaknya.