REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Hasil penelitian di Northwestern University’s Kellogg School of Management dan University of Chicago Booth School of Business menunjukkan bahwa mendorong anak-anak makan dengan mengatakan itu diperlukan untuk otak dan kepintaran mereka nyatanya mendorong anak selalu berpikir bahwa makanan tersebut pasti tidak enak.
Salah satu peneliti, Michal Maimaran menyampaikan hasil penelitian tersebut sudah diterbitkan di Journal of Consumer Research. "Orang tua dan pengasuh yang berjuang untuk membiasakan anak makan sehat mungkin lebih baik jika hanya melayani mereka dengan makanan tanpa berkata apa-apa. Cukup tekankan bagaimana lezatnya makanan sebenarnya," ujar Maimaran, dilansir dari Health.com, Senin (11/8).
Peneliti meluncurkan studi baru mereka untuk menguji prediksi bahwa ketika makanan disajikan kepada anak-anak dengan tujuan membuat mereka kuat atau untuk membuat mereka semangat membaca, mudah belajar berhitung, maka anak-anak cenderung menyimpulkan makanan itu tidak enak, sehingga mereka tidak terdorong mengonsumsinya. Dalam lima kali percobaan, peneliti berfokus pada anak-anak usia 3-5 tahun.
Masing-masing anak diminta melihat buku bergambar yang menampilkan seorang gadis sedang makan kerupuk dan wortel. Kepada anak-anak disebutkan bahwa makan wortel sangat bagus untuk kesehatan mata dan membantu proses pembelajaran. Ketika peneliti kemudian menyajikan mereka makanan yang sama seperti di dalam gambar, anak-anak justru cenderung lebih banyak makan kerupuk.
Dari ini disimpulkan bahwa pemasar atau pihak marketing makanan saat ini lebih banyak menjangkau anak-anak usia dini dengan mengurangi penekanan akan nilai kesehatan dalam satu makanan. Sebaiknya mereka fokus pada pengalaman positif anak-anak saat memakannya, termasuk meyajikan makanan-makanan sehat itu dalam aneka bentuk yang menarik bagi anak-anak, misalnya melalui packagingnya ketimbang menjelaskan manfaat gizinya.