Selasa 12 Feb 2013 13:38 WIB

Bulan Madu Kedua, Kapan Waktu yang Tepat?

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Bulan madu/ilustrasi
Foto: luxury-indiatours.com
Bulan madu/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Jawaban pertanyaan di atas, tentunya, bergantung kebutuhan. Tak ada patokan waktu yang spesifik untuk itu. Usia pernikahan bukanlah penentu. Derajat kemesraan antara suami-istri juga tak menjadi acuan. Sejumlah pasangan lebih suka melakukannya sebagai bagian dari pera yaan ulang tahun pernikahan.

Ada pula pasangan yang berbulan madu kedua setelah bertengkar hebat. Inilah cara mereka untuk berbaikan dan memperbarui komitmen sakralnya. Bulan madu kedua juga dapat menjadi ajang untuk bicara dari hati ke hati. Suami dan istri bisa saling mengoreksi tanpa menonjolkan urat tegang. “Bulan madu merupakan alat bantu untuk menghangatkan hubungan yang sudah dingin,” kata konsultan pernikahan Indra Noveldy.

Akan tetapi, bulan madu bukanlah solusi atas segala permasalahan rumah tangga. Banyak faktor yang menentukan manfaatnya bagi ikatan pernikahan. “Kesiapan masing-masing untuk menyelesaikan masalah lebih berperan ketimbang lokasi perundingan,” komentar Indra.

Saat sedang bertengkar, bepergian hanya berarti menggeser lokasi. Kalau salah satu berangkat dengan setengah hati, bisa diprediksi bulan madu tak akan seromantis yang semestinya.

Indra berpendapat, tak bijak berbulan madu ketika masalah masih me nerpa. Bukan mustahil, sewaktu salah satu ingin bermesraan justru ditanggapi dingin oleh pasangan. “Bulan madu malah menjadi pemicu masalah baru.” Indra sering melihat fenomena itu pada kliennya. Bepergian berduaan malah membuat hubungan makin hambar lantaran tidak ada yang berani memulai pembicaraan. “Sebaiknya, sebelum berangkat, redam amarah, tenangkan pikiran, dan bangun mood yang positif,” ungkap konsultan yang memiliki klien di dalam maupun luar negeri ini.

Terlepas dari kenyataan itu, bulan madu kedua sangat bagus jika dijadikan sebagai agenda terencana bagi suamiistri. Perjalanan yang menyenangkan tentunya hanya akan terwujud jika suami dan istri sama-sama menginginkan berbulan madu. “Keberangkatannya juga harus terjadwal dengan matang,” tutur Indra yang mengasuh laman konsultanpernikahan.com.

Tiap pasangan mesti memiliki kesamaan persepsi tentang tujuan berbulan madu kedua. Misalnya, demi menebus kebersamaan yang hilang akibat tuntutan pekerjaan. Ra sa ingin berduaan, memperlancar komunikasi, atau sekadar me ngenang manisnya masa awal pernikahan bisa menjadi dorongan untuk kembali berbulan madu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement