Kamis 21 Feb 2013 12:58 WIB

Ketika Harus Menjadi Orang Tua Tunggal

Rep: Susie Evidia/ Red: Endah Hapsari
Orangtua Tunggal/ilustrasi
Foto: parentsociety.com
Orangtua Tunggal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Menjadi single parent atau orang tua tunggal, menurut psikolog UI Eko Handayani, berarti memiliki dua tugas, yaitu tugas sebagai ibu dan ayah. Waktu, finansial, sekaligus energi yang harus diberikan pun akan berlipat dibanding ketika menjadi orang tua lengkap. "Sebagai orang tua tunggal, dibutuhkan energi lebih. Karena, ia harus berperan ganda. Untuk itu, siapkan diri dan fisik lebih baik agar bisa memenuhi segala keperluan," katanya kepada Republika.

Khusus untuk ibu tunggal, finansial biasanya menjadi masalah utama. Karena, biasanya seorang ibu adalah ibu rumah tangga. "Akan lebih sulit bagi ibu ketika ditinggal mati suaminya. Karena, kematian biasanya mendadak sehingga ibu tak siap-siap terlebih dahulu. Sedangkan, jika ditinggal cerai, ibu akan lebih siap dan bisa merencanakan kehidupan selanjutnya lebih baik," kata Ani, sapaan Eko Handayani.

Dari survei yang dilakukan, paparnya, masalah utama yang dihadapi ibu tunggal adalah ekonomi. Sedangkan, untuk ayah tunggal, pengurusan anak menjadi masalah utama. Bagi ibu, tugasnya menjadi dobel, yaitu mencari nafkah, kadang pengurusan anak menjadi keteter juga.

"Kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua tunggal adalah tidak bisa menjaga keseimbangan antara waktu bekerja dan mengurusi anak," papar Ani. 

Masalah ekonomi dan anak ini, kata Ani, harus berjalan seimbang jika mau keadaan di rumah tetap baik. Memang, tak mudah untuk menghadapinya. Namun, semua orang tua tunggal harus siap menghadapinya. Caranya adalah dengan selalu menanamkan motivasi yang baik kepada dirinya sendiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement