Kamis 07 Mar 2013 13:34 WIB

Tidak Suci Membaca Alquran, Bolehkah?

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Endah Hapsari
Dua remaja putri membaca Alquran di kompleks Masjid Niujie, Beijing, sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Foto: AP
Dua remaja putri membaca Alquran di kompleks Masjid Niujie, Beijing, sembari menunggu waktu berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, DR Abd Al Karim Az Zaidan, da lam kitabnya yang berjudul Al Mufashal fi Ahkam Al Mar’at, mengatakan pada dasarnya amalan yang dilarang saat berhadas kecil, tidak boleh dilakukan pula oleh mereka yang berhadas besar. Ketentuan ini sama, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Orang yang berhadas tak boleh menunaikan shalat dan me megang mushaf Alquran.

Az Zaidan terlebih dahulu memaparkan hukum memegang mushaf. Menurut mayoritas ahli fikih, hukumnya tidak diboleh. Sedangkan dalam pandangan Mazhab Dhahiri, tak ada larangan bagi mereka yang berhadas untuk memegang mushaf. Sedangkan di kalangan Mazhab Syafii, memegang mushaf saat berhadas, hanya diperbolehkan bagi anak laki-laki yang telah mumayiz.

Mereka boleh menyentuh atau membawanya. Mengapa dispensasi diberikan kepada mereka? Menurut kelompok ini ialah memberikan keringanan agar mereka tak keberatan dengan sering berwudu.

Lantas, bagaimana dengan hukum membaca Alquran? Mayoritas ulama sepakat, mereka yang tengah junub tidak diperbolehkan membaca Alquran. Sedangkan menurut Ibnu Hazm dan sebagian penganut Mazhab Dhahiri, kondisi junub tak memengaruhi diperbolehkannya membaca Alquran.

Menurut dia, aktivitas membaca Alquran termasuk perbuatan yang baik dan dianjurkan. Pelakunya pun akan diganjar pahala. Karena itu, siapa pun yang beranggapan orang junub dilarang membaca Alquran, hendaknya ia memberikan argumentasi kuat. Dalam pandangannya, hadis-hadis yang menyatakan tentang larangan menyentuh atau membaca Alquran saat junub diragukan validitasnya dan kurang kuat.

Pendapat ini sama persis dengan pandangan yang disampaikan oleh Said bin Al Musayyib. Tokoh Tabiin tersebut memperbolehkan mereka yang junub membaca Alquran. Sedangkan pendapat mayoritas ulama merujuk, antara lain, pada hadis yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib. Hadis itu menyatakan bahwa, kondisi junub menjadi penghalang bagi mereka yang ingin membaca Alquran. 

Jika soal membaca Alquran keseluruhan mayoritas ulama bersepakat untuk melarangnya, tidak demikian dengan halnya membaca sebagian ayat atau surah Alquran tanpa memegang mushaf. Misalnya saja, membaca surah al-Fatihah, al-Ikhlas, an-Nas, atau ayat kursi untuk kepentingan ruqyah.

Terdapat perbedaan pendapat di antara ulama. Di kalangan Mazhab Ha nafi, orang yang junub tidak boleh membaca Alquran, baik satu ayat surah maupun berapa pun yang dibaca. Pendapat ini dipopulerkan oleh Imam al-Kasani. Ia merujuk hadis riwayat Ali di atas. Menurut dia, pelarangan ini dinilai dapat menjaga kehormatan dan kesucian Alquran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement