Senin 08 Apr 2013 15:13 WIB

Cara Jadul Mengasuh Anak, Seperti Apa?

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Kakek, nenek, dan cucu/ilustrasi
Foto: msndegree.com
Kakek, nenek, dan cucu/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Tak semua hal yang berbau jadul alias tradisional tidak bisa diterapkan saat ini. Ada beberapa hal yang masih dapat diterapkan terutama untuk mengasuh anak. Namun, waspadai juga hal-hal yang tak layak diterapkan. Apa sajakah?

 

 

Gendongan selendang

Bayi merasa lebih nyaman digendong dengan selendang batik ketimbang gendongan modern. Posisi gendongan depan kurang bagus untuk anak. Dia jadi kurang bebas bergerak. “Bayi cenderung merasa gelisah karena kesulitan bergerak bebas,” jelas dr Asti Praborini SpA IBCLC.

 

Ayunan

Selendang batik juga dapat digunakan sebagai ayunan bayi. Mengayun memberikan efek nyaman pada bayi. “Tidur mereka jadi lebih pulas,” ungkap dokter yang praktik di Kemang Medical Center ini. 

 

Bedung

Membedung bayi baru lahir dapat memberikan efek hangat saat tidur. Usahakan ikatan bedungnya tidak terlalu kencang. Lalu, lepaskan bedung saat bayi akan disusui. Bedung akan membatasi gerak bayi ketika menyusu. “Letak mulut bayi tidak akan sesuai dengan puting ibu,” papar Asti.

 

Bedak

Tanpa dibedaki, badan bayi sebetulnya sudah beraroma. Boleh saja membedakinya asalkan tidak berlebihan. “Hindari daerah genital dan jangan ditepuk-tepuk saat mengaplikasikannya agar tak terhirup,” ungkap Asti.

 

Makanan

Masih ada saja nenek yang menganjurkan cucunya yang masih berusia empat bulan untuk diberi makan pisang. Padahal, bayi tak boleh mendapatkan selain air susu ibu di bawah usia enam bulan. “Setelah enam bulan, bayi baru boleh secara bertahap diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI,” urai Asti yang konselor laktasi. 

 

Berjalan

Bayi normalnya akan mulai berjalan pada usia 12 sampai 18 bulan. Memukulkan belut ke kaki anak tak akan mempercepatnya melakukan langkah pertamanya. “Itu hanya mitos,” ucap Asti.

 

Demam

Saat anak demam, lupakan kerok ataupun irisan bawang yang dicampur dengan minyak telon. Sebagai gantinya, rendam kain dalam air hangat, kompreskan di lokasi pembuluh darah besar, seperti leher, ketiak, atau lipatan paha. “Suhu air hangat membuat otak berusaha mendinginkan tubuh,” jelas dr Wiyarni Pambudi SpA yang berpraktik di RS Royal Taruma ini.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement