REPUBLIKA.CO.ID,Mertua dan menantu sering merasa paling benar dalam mengasuh anak. Si nenek lebih pro ke pengasuhan tradisional, sedang menantu sudah lebih modern. Perbedaan pendapat itulah yang menjadi konflik paling seru di dalam rumah tangga.
Agar suasana rumah menjadi kondusif bagi pengasuhan anak, bunda perlu menjalin komunikasi yang baik dengan ibu ataupun ibu mertua. Komunikasi dan saling pengertianlah yang dapat menjembatani perbedaan. “Sebagai orang Timur, kita juga harus menghargai yang lebih tua,” saran psikolog Tia Rahmania.
Nenek biasanya cenderung memanjakan cucunya. Menjadi nenek merupakan bagian penting dalam kehidupannya pada usia lanjut. “Memanjakan hanyalah bentuk kasih sayangnya pada cucu,” papar Tia.
Sikap memanjakan memberikan dampak positif, tapi bisa pula negatif. Dengan dimanjakan, kehangatan dan kedekatan secara emosional antara nenek dan cucu akan lebih terjalin. Cucu menjadi lebih nyaman dan aman ketika berada di dekat neneknya.
Memanjakan bisa menjadi negatif bila perlakuan nenek mengakibatkan pertengkaran dengan ibu. Efek langsungnya pada anak memang tidak kentara saat anak belum berusia dua tahun. Justru, efek tak langsungnya yang dikhawatirkan terjadi. Bisa jadi, perhatian ibu pada anak akan berkurang. “Padahal, ibu semestinya menjadi pemberi kasih sayang yang paling utama,” jelas psikolog yang juga dosen tetap program studi psikologi di salah satu universitas swasta ini.
Ketika ada perbedaan, segera temukan solusinya. Libatkan orang ketiga untuk menjembatani komunikasi kedua pihak. Nenek tidak akan tersinggung karena tegurannya tidak langsung. “Orang ketiga bisa anak dari nenek, yakni ayah dari si anak alias suami kita,” papar Tia.
Pemecahan masalah ini sangat penting terhadap tumbuh kembang anak. Pada usia kanak-kanak, ia perlu aturan yang jelas. “Kelembutan sangat perlu, tapi juga harus ada aturan tunggal yang membentuk kedisiplinannya,” tutur psikolog yang menyelesaikan gelar sarjana dan master psikologinya di Universitas Indonesia ini.