Selasa 30 Apr 2013 14:11 WIB

Bila Suami Melakukan KDRT

Ilustrasi KDRT
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ilustrasi KDRT

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb,

Saya sedih sekali karena memiliki suami yang kurang memerhatikan keluarga. Saya sering konflik dan sering mendapat ancaman serta pukulan dari suami. Hanya karena hal sepele saya akan ditendang atau mendapat kata-kata yang kasar. Saya juga memiliki masalah dengan adik-adik sendiri.

Dulu saya memutuskan menikah dengan suami karena ingin membantu adik-adik. Namun, sekarang ketika mereka sudah besar, saya kecewa karena mereka tidak membantu saya. Saya berusaha memberi pengertian mereka agar memiliki pengertian dengan membantu saya tetapi sepertinya mereka tidak mengerti. Saya capek, Bu. Bagaimana cara saya untuk bisa keluar dari masalah ini?

 

X, Jawa Barat

 

Jawab:

Waalaikumsalam wr wb,

Ibu X yang sedang sedih, permasalahan emosi memang membuat kita merasa lelah terutama jika masalah itu berkepanjangan. Hal ini disebabkan karena kerja otak menghabiskan 1/5 energi yang kita miliki. Sedih, kesal, marah, dan kecewa adalah kondisi yang berkaitan dengan kerja otak kita. 

Jadi, banyak orang yang sedih sering merasa lemas dan tidak jarang menderita sakit kepala. Kondisi emosional yang buruk akan menurunkan daya tahan tubuh dan membuat orang itu mudah jatuh sakit. Jadi, kalau Ibu ingin sehat ubahlah kondisi emosi Ibu menjadi bahagia dan tenang.

Berkaitan dengan masalah yang sedang ibu alami, saya ikut prihatin  dan dapat membayangkan betapa sulitnya keadaan Ibu saat ini. Sudahlah suami melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), adik-adik membuat masalah Ibu bertambah ruwet. 

Menurut saya sebaiknya Ibu berpikir ulang tentang perkawinan Ibu. Sudah berapa lama mendapat perlakuan kasar dari suami, apa dampaknya untuk Ibu dan perkembangan anak-anak. Apakah Ibu sudah menyatakan perasaan Ibu kepada suami pada saat-saat yang tepat untuk mengurangi atau menghilangkan KDRT yang dilakukannya?

Apakah sudah ada perubahan. Jika ibu tidak sanggup untuk menanggung penderitaan lagi Ibu dapat mengajukan kepada pihak keluarga untuk mencari dukungan emosional dari keluarga. 

Jika semua yang sudah saya sebutkan tadi sudah Ibu lakukan namun belum ada hasilnya, Ibu hanya memiliki dua pilihan menggugat cerai atau ikhlas menjalani kehidupan disertai dengan usaha menghindari konflik yang dapat menyebabkan suami marah. Ibu juga terus berdoa agar terhindar dari segala bahaya yang ditimbulkan suami dan orang lain.

Untuk masalah dengan adik-adik, sebaiknya Ibu melupakan apa yang pernah Ibu korbankan dan mengikhlaskan apa yang sekarang terjadi. Pada saat Ibu ikhlas Ibu tidak akan pernah mengharapkan balasan dari apa yang pernah Ibu perbuat. Ini akan melapangkan hati ibu dan menyehatkan jiwa Ibu. Jadilah orang yang melupakan kebaikan diri, melupakan kesalahan orang lain dan mengingat kebaikan orang lain dan mengingat kesalahan kita. Hidup akan lebih ringan karena kita tidak menuntut orang berbuat baik pada kita. Selamat mencoba, ya Bu!

 

 

sumber : Konsultasi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement