Selasa 28 May 2013 10:13 WIB

Waspadalah, Ini Tempat Teraman Remaja Lakukan Seks Bebas

Stop seks bebas.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Stop seks bebas.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), mengungkap sebanyak 85 persen remaja usia 13-15 tahun mengaku pertama kali melakukan hubungan seks dengan pacar mereka di rumah. Itu penelitian atas 2.488 remaja di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang, dan Kupang pada 2005. Apa yang salah?

Menurut psikolog Vera Itabiliana, kecenderungan remaja melakukan hubungan seks di rumah sendiri sudah terjadi sejak lama. ''Tapi, dengan adanya penelitian PKBI temuan itu semakin mencuat ke masyarakat,'' katanya.

Rumah, kata Vera, merupakan tempat paling aman baik dari sudut pandang anak-anak maupun orang tua. Orang tua terlalu percaya dan menganggap selama anak-anak di rumah akan aman. Sebab, mereka lebih mudah diawasi ketimbang saat di luar rumah. ''Lagi pula, dengan ruang yang terbatas tidak memungkinkan anak-anak berani berbuat aneh-aneh,'' katanya.

Sebaliknya, lanjut Vera, versi anak-anak, rumah tempat paling aman untuk melakukan apa pun. Anak-anak sangat memahami mulai dari situasi, suasana sampai kondisi kapan saja rumah itu dalam keadaan aman atau tidak. ''Anak-anak sudah hafal betul bagaimana gerak-gerik, bahkan seluk-beluk orang-orang di rumah, termasuk jam-jam berapa suasana rumah sepi. Makanya, anak-anak memilih rumah sebagai tempat aman untuk melakukan apa pun, termasuk kemungkinan melakukan perbuatan seks,'' papar Vera.

Kekhawatiran anak melakukan hal-hal terlarang, menurut Vera, sebenarnya sudah bisa diantisipasi sejak awal. Sejak dini orang tua harus sudah berkomunikasi terbuka dengan anak, termasuk juga masalah seks.

Misalkan, ketika anak bertanya, ''Mamah, temanku si A, kok sudah ciuman? Emang boleh ya anak-anak ciuman?'', orang tua harus siap memberi jawaban yang benar.

Lebih jauh lagi, kini ada 'isu' yang beredar di kalangan anak-anak, kalau hanya sekali melakukan seks, tidak akan hamil. Agar tidak hamil, setelah melakukan hubungan seks harus meloncat-loncat. Bila anak paham tentang seks dan segala risikonya --mulai moral agama hingga yang bersifat fisik--, kata Vera, mereka tidak akan berani melakukan perbuatan yang penuh risiko itu.

Karena itu, Vera mengingatkan, orang tua agar terbuka kepada anak tentang seks. Jika menutup diri, anak akan mencari informasi dari luar dengan risiko yang lebih tinggi. ''Jelaskan bahwa seks itu hanya dilakukan orang yang sudah menikah, jika dilakukan bisa hamil, jika dilakukan dengan sembarangan berisiko HIV, penyakit kelamin dan bahaya lainnya.''

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement