Selasa 18 Jun 2013 11:38 WIB

Anak Terlalu Percaya Diri, Bagaimana Ya?

Ibu dan anak sedang berbincang/ilustrasi
Foto: kirschnerskorner.wordpress.com
Ibu dan anak sedang berbincang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pengasuh yang saya hormati,

Saya memiliki sedikit permasalahan dengan putri pertama saya. Sejak kecil saya melihat perkembangannya sangat pesat dari segi fisik maupun mental. Sebagai orang tua saya berusaha memberikan yang terbaik dalam pendidikannya. Misalnya, saya selalu bercerita sebelum tidur, memberi kesempatan untuk bereksplorasi dan bergaul dengan anak sebayanya. Saat ini anak saya duduk di kelas IV SD. Saya melihat kemampuan bahasanya sangat baik dan ia berani dalam mengekspresikan pendapatnya baik kepada saya maupun kepada guru. Terkadang saya pusing juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya.

Putri saya ini cukup dan percaya dirinya tinggi. Saya dan ayahnya mensyukuri kondisi ini. Namun, permasalahan muncul di sekolah. Banyak orang tua mengeluh kalau anak saya sering mendominasi anak-anak mereka. Mereka menyebut anak saya sebagai pembuat masalah hanya karena ia membawa gambar-gambar peserta AFI atau ia mengumpulkan uang anak-anak di kelasnya untuk membeli hadiah pada saat perlombaan antara anak laki-laki dan perempuan dan banyak lagi hal-hal yang menurut saya semua itu adalah kreativitas dan tidak perlu ditanggapi dengan kata-kata atau komentar yang kurang positif terhadap anak saya. Menghadapi hal ini saya mengalami dilema. Pada anak saya, saya sudah mengajarkan untuk tidak terlalu iseng dan mencoba untuk mengerem ide-idenya. Sebagai ibu, apa yang harus saya lakukan? 

 

Ibu Putri, Jakarta

 

Jawab:

Ibu Putri yang baik, 

Permasalahan yang Ibu cukup dilematis, ya? Sebagai orang tua yang mengerti perkembangan anak tentu seorang ibu ingin anaknya tumbuh optimal dengan rangsangan yang Ibu berikan. Tumbuh kembang anak sangat erat hubungannya dengan sikap-sikap orang di sekitar anak. Anak yang mendapat kesempatan untuk berkomunikasi dan berhubungan dnegan orang tua secara hangat biasanya memiliki kepercayaan diri yang baik. Rasa aman yang diberikan orang tua membuat anak berani mengungkapkan pertanyaan tanpa takut dihakimi.

Situasi seperti ini dibutuhkan anak dalam perkembangan mental dalam arti perluasan wawasannya maupun perkembangan fisiknya karena anak yang bahagia daya tahan tubuhnya kuat, serta perkembangan psikososialnya yaitu anak menjadi percay adiri. Tidak mengherankan jika anak itu Ibu tumbuh menjadi anak yang rasa percaya dirinya tinggi dan cenderung dominan terhadap teman-temannya sehingga teman-temannya merasa anak Ibu menguasai mereka.

Permasalahan sering muncul pada saat sikap orang dewasa tidak sama terhadap perkembangan anak kita. Misalnya, di rumah orang tua memberi kebabasan berbicara tetapi ketika ia melakukan di sekolah guru menganggap anak tidak sopan atau cerewet. Untuk menghadapi situasi seperti ini Ibu tidak perlu mengerem atau mematikan kreativitas anak Ibu dengan memarahinya. Ini akan mematikan kemampuan yang sudah terbentuk.

Yang harus Ibu lakukan adalah membekali anak-anak dengan akhlak yang baik pada saat dia berbicara yaitu adab berbicara dengan orang yang lebih tua dan berbicara dengan sopan kepada siapa saja. Menghadapi sikap orang tua teman-temannya, Ibu sebaiknya meminta guru untuk menjembatani komunikasi dengan mereka agar harga diri anak Ibu tidak jatuh karena beredarnya julukan-julukan negatif kepada anak Ibu.

Sebaiknya Ibu sering-sering ke sekolah bersilaturahmi dengn guru dan menanyakan perkembangan anak Ibu. Dengan komunikasi yang intensif dengan pihak sekolah Ibu dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya dan meminta guru untuk memahami atau minimal mengerti mengapa anak Ibu bertingkah laku demikian. Hal ini juga untuk menghindari sikap-sikap guru yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan jiwa anak Ibu. Selain itu, tetaplah berdoa agar anak Ibu terhindar dari kejahatan orang lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement