REPUBLIKA.CO.ID, Asalamualaikum ibu pengasuh rubrik yth,
Saya ibu dari dua orang anak laki-laki berusia 3,5 dan 1,5 tahun. Sebenarnya mereka anak-anak yang manis, tapi kalau sudah main bersama selalu saja bertengkar dan berebutan mainan. Di rumah saya tidak mempunyai pembantu, segala sesuatunya saya kerjakan sendiri.
Mungkin karena capek, saya jadi mudah kehilangan kesabaran menghadapi anak yang selalu bertengkar. Bagaimana ya Bu, saya mendidik anak agar tidak mudah bertengkar? Bagaimana saya agar lebih sabar pada mereka?
Lely, Jakarta Timur
Jawaban:
Ibu Lelyta yang baik,
Waalaikum salam wr wb.
Punya anak yang masih kecil-kecil dan menangani sendiri semua urusan rumah tangga memang tidak mudah. Berikut ini beberapa saran kami yang insya Allah dapat meringankan beban Ibu. Be good to yourself!. Ibu harus 'memelihara' diri sendiri dulu. Seseorang kelelahan atau kurang tidur akan menyebabkan ia tidak mudah mengontrol emosinya dan jadi tidak cermat dalam banyak hal, termasuk dalam menilai dan memecahkan masalah. Tidak ada defisit yang paling buruk di dunia kecuali defisit tidur! Jika sudah capai, jangan dipaksa meneruskan pekerjaan rumah tangga. Istirahat sejenak, tidur-tiduran dengan anak sambil membacakan cerita
Jika kedua anak Ibu tidur, ikutlah tidur. Dengan badan yang sehat, Ibu akan dapat lebih baik menyelesaikan pekerjaan dan hati tetap gembira. Banyak ibu cenderung memaksakan dirinya menyelesaikan tugas rumah sehingga tegang dan lelah, kemudian jadi gampang marah.Di sela kesibukan, harus ada waktu untuk mengerjakan hal-hal yang Ibu sukai: menjahit, menulis, berkunjung kekeluarga, atau apa saja yang berkaitan dengan hobi.
Nah, kini tentang anak-anak. Menurut para ahli dalam perkembangan anak, anak-anak seusia putra Ibu ini memang masih belum mengenal konsep berbagi. Cara mereka bermain pun belum bermain bersama apalagi main bekerja sama. Mereka masih main sendiri-sendiri atau bermain paralel: waktu bermain sama, alatnya sama bahkan warna mainannya pun sama.Untuk menghindari anak Ibu bertengkar berikut tipsnya:
1. Siapkan dahulu alat permainannya. Misalnya, Ibu ingin mereka menggambar dengan crayon atau pensil warna. Maka, siapkan kertas yang cukup untuk masing-masing anak, dengan setumpuk pensil dan crayon dalam jumlah dan warna yang sama. Semua harus diletakkan terpisah untuk masing-masing anak.
2. 'Celupkan' anak ke dalam situasi bermain dengan bercerita tentang sesuatu yang Ibu ingin gambar anak. Misalnya, tentang buah ketimun. Ambil sebuah buah ketimun dan ajak anak untuk mengamatiya. Lalu Ibu tambahkan cerita Timun Mas, syukur kalau ada bukunya.
Kalau tidak punya buku cerita dan juga tak mau bercerita, Ibu bisa ajak anak ke warung dekat rumah dan menceritakan pada anak tentang berbagai sayur-mayur termasuk ketimun. Katakan, mereka boleh menggambar apa saja yang mereka lihat. Tapi, setelah itu harus beberes: merapikan mainannya. Kertas dengan kertas, pensil dengan pensil, dan crayon dengan crayon.
3. Bawa anak ke tempat alat permainan yang sudah tersedia, ajarkan mereka bagaimana melakukannya. Biarkan mereka bermain. Dengan cara ini anak akan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan 'pekerjaan' mereka karena mereka sudah tercelup dalam situasinya. Sementara itu Ibu dapat melakukan tugas lainnya sambil sesekali mengamati dan menyapa mereka.
4. Jika mereka sudah selesai, bantu mereka beberes dengan mengklasifikasikan mainan mereka dan menaruhnya kembali pada tempatnya. Ini penting bagi kemampuan klasifikasi dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.
5. Setelah itu, duduklah dengan anak sebentar dan ngobrollah dengan mereka tentang apa yang mereka alami dan bagaimana perasaan mereka ketika bermain tadi.
6. Mengigat kembali apa yang mereka mainkan dengan mengucapkannya akan sangat membantu perkembangan otak, kemampuan mengingat dan kemampuan berbahasa serta mengutarakan pendapat.
Nah, semoga saran saran kami ini dapat Ibu jalankan. Mula-mula memang sedikit repot karena belum terbiasa. Tapi, percayalah cara bermain begini jauh lebih bermakna. Selamat mencoba.