Jumat 05 Jul 2013 11:12 WIB

Ini Teladan Hidup Berkeluarga dari Nabi dan Sahabat

Keluarga Muslim
Foto: .
Keluarga Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb 

Alhamdulillah, keluarga kami saat ini dalam keadaan baik-baik saja. Istri saya seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta, saya sendiri pegawai negeri sipil, anak kami ada yang di SMP dan SMU. Kesibukan kami dalam mencari nafkah hampir menyita keseluruhan waktu kami, sehingga tak tersisa bagi kami untuk berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah.

Sebagai kepala rumah tangga yang pernah menjadi aktivis dakwah, saya merasa bersalah dalam membangun keluarga. Saya ingin sekali menjadi keluarga yang tidak hanya sakinah, mawadah, dan rahmah, tapi memiliki keluarga dakwah seperti yang pernah saya idam-idamkan semasa kuliah dulu. Pertanyaan saya, apa yang harus saya lakukan agar saya bisa merealisasikannya dengan kondisi yang ada saat ini?

Abdullah Azzam - Depok

 

Waalaikumussalam wr wb 

Visi berumah tangga bagi seorang mukmin sudah ditetapkan dalam Alquran oleh Allah Azza wa Jalla, yaitu lindungilah diri sebagai kepala rumah tangga kemudian seluruh anggota keluarga dari siksa api neraka. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim [66]: 6).

Membangun keluarga dakwah adalah cara hidup keluarga para Nabi dan para pejuang penegak agama Allah dari kalangan shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Yang dimaksud keluarga dakwah adalah sebuah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan pokok minimum bagi seisi keluarga tersebut, sehingga dapat dijadikan teladan atau mengajak keluarga lain kepada Allah.

Berdakwah maksudnya adalah menyeru manusia kepada Allah. Yang dimaksud menyeru kepada Allah adalah menyeru manusia kepada agama Allah, kepada al-Islam. Al-Islam yang dimaksud adalah yang dibawa oleh Muhammad SAW dan tidak bercampur dengan keyakinan diluar ajaran Beliau yang menjurus kepada syirik dan Jahiliyah. Ini mengingat maraknya gaya dakwah yang justru menggiring umat kepada syirik dan Jahiliyah.

Di atas pondasi ketentraman, kedamaian, dan ketenangan individu (assakinah) sebagai bekal untuk merajut rasa cinta kasih nan membara pada pasangan karena Allah (mawadah). Kemudian, menghiasi hubungan dan rumah tangga dengan berbagai bentuk kebajikan yang dapat mendatangkan rahmah Allah SWT (rahmah).

Barang siapa dapat mengintegrasikan ketiga nikmat besar ini maka semakin besarlah kekuatan yang dimiliki sebuah keluarga untuk menjalankan misi dakwah kepada lingkungan yang terdekat, sebagaimana dakwah Rasulullah SAW bersama Khadijah RA kepada keluarga dekat mereka (al-'asyirah al-aqrabun). 

sumber : Ustaz Bachtiar Nasir
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement