Rabu 10 Jul 2013 15:44 WIB

Agar Tangguh, Ajarkan Ini pada Anak

Berbincang hangat dengan anak akan membantu membentuk perilakunya/ilustrasi
Foto: parentdish.co.uk
Berbincang hangat dengan anak akan membantu membentuk perilakunya/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Psikolog keluarga Elly Risman menyarankan agar anak mendapatkan keterampilan untuk `hidup'. ''Orang tua penting mendidik anaknya agar tidak keluar dari fitrahnya sebagai manusia,'' tambahnya.

Ia mencontohkan, orang tua jangan sampai abai mengajarkan anak memasak, mencuci, membersihkan rumah. Wanita yang lahir bertepatan dengan Hari Kartini ini menolak anggapan bahwa cara ini akan membawa anak-anak perempuan 'kembali ke masa lalu', terkungkung pada dunia domestik. ''Mencuci piring, menyapu rumah, itu keterampilan hidup yang dibutuhkan manusia siapa pun. Tidak hanya perempuan,'' kata Elly. Anak perempuan, seperti halnya anak laki-laki, harus dipersiapkan mampu menghadapi berbagai keadaan, termasuk saat hidup tak berkecukupan untuk bisa bergantung pada pembantu. ''Boleh jadi anak perempuan kita seorang diplomat, tapi saat memesan catering ia juga bisa mengatur menu makanannya.''

Dengan mengajarkan semua keterampilan hidup itu, anak berarti juga belajar manajemen waktu. Ini diperlukan saat mereka hidup mandiri, mengurus rumah tangganya sendiri. `'Jangan sampai seperti orang sekarang ini, petentang-petenteng jadi penceramah di luar, tapi rumahnya tak terurus,'' katanya. Tak hanya mengajarkan keterampilan hidup. Elly menekankan orang tua agar menanamkan tanggung jawab pada buah hatinya. 

Selama ini, banyak orang tua sering tidak tahu cara mengisi waktu luang anak. Dalam pandangan mereka, waktu luang yang terbaik hanya diisi dengan pelajaran tambahan di luar rumah. ''Orang tua sering tidak memberi tanggung jawab pada anak di rumah,'' tuturnya. Elly menyarankan orang tua agar memberikan tanggung jawab, setidaknya satu hal, pada sang anak. Misalnya, anak bertanggung jawab mencuci piring makannya sendiri, tidak selalu mengandalkan pembantu rumah tangga untuk mengurusi kebutuhan pribadinya. Bisa juga, setiap hari Sabtu anak harus merapikan kamar sendiri.

Agar anak percaya diri menghadapi masa depannya, Elly menyarankan para orang tua untuk rajin mencari tahu potensi dan kemampuan sang anak. `'Cari tahu bisanya apa. Cari tahu apa yang paling menonjol pada anak. Itu akan sangat membantu anak kelak,'' katanya. Merujuk pada teori kecerdasan majemuk Howard Gardner, wanita yang banyak melatih keterampilan parenting pada para orang tua ini menyatakan, seorang anak pasti mempunyai beberapa kecerdasan yang menonjol. Kelebihan anak itu, tambah dia, harus dieksplorasi dan dikembangkan.

Bila anak suka dan pintar memasak, apa salahnya jika suatu saat ia diikutsertakan kursus membuat kue? Bila anak suka ngulik alat elektronik, apa salahnya ia dikursuskan reparasi radio? Sebab, kata Elly, siapa tahu keterampilan itu akan berguna sebagai sandaran hidupnya kelak. Setidaknya, ia mempunyai pilihan-pilihan saat menghadapi masalah dalam hidupnya. ''Mungkin ia nanti buka catering atau jasa reparasi barang elektronika,'' ujarnya. Anak-anak, menurut Elly, setidaknya sudah mempunyai keterampilan yang produktif saat ia tamat SD dan SMP. ''Satu-dua keterampilan itu sudah amat membantu untuk masa depannya,'' katanya lagi. ''Jadi, saat dewasa, semua pengetahuan itu sudah installed.'' Untuk itu, memang, `'Perlu usaha yang tidak putus-putus dari orang tua.''

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement