REPUBLIKA.CO.ID, Ancaman kejahatan atau pelecehan seksual pada anak mungkin akan terus ada. Yang terpenting, para orangtua bisa membekali anak untuk memahami prinsip dasar perlindungan diri dari kejahatan dan pelecehan seksual itu, serta menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Untuk tahap awal, menurut pakar pendidikan Heny Supolo Sitepu, sejak sangat dini anak sudah dapat diperkenalkan pada nama bagian tubuhnya. Dengan bekal tersebut, anak bisa disiapkan untuk memahami ada bagian-bagian tubuh (dada, vagina atau penis, anus) pribadi yang tidak boleh disentuh orang lain selain ibunya.
Orangtua bisa menanamkan bahwa anak harus menjaga bagian pribadinya. ''Orangtua harus sering mengingatkan anak, jika ada orang dewasa menyentuhnya, orang dewasa tersebut tentunya tidak bermaksud baik,'' tandasnya. Yang jelas, tambah Heny, bagian badan pribadi tidak boleh disentuh oleh orang selain ibu. Kecuali saat anak membutuhkan bantuan di sekolah dan itu pun dilakukan dengan sepengetahuan guru atau dokter yang melakukannya di depan orangtuanya.
Anak juga perlu diajar untuk segera memberitahu orangtua atau gurunya bila ada orang dewasa yang menyentuh bagian badan tersebut. ''Di usia TK (4-5 tahun) dan kegiatan anak sudah lebih luas (mencakup lingkungan rumah dan sekolah) pemahaman ini sudah bisa diberikan,'' ujar Heny.
Pemahaman prinsip dasar perlindungan diri pada anak, papar Heny, adalah upaya orangtua memberi pengertian anak bahwa ia perlu bisa menjaga dirinya sendiri. Orangtua juga penting memberlakukan peraturan keluarga yang harus dipahami anak. Misal, tidak menerima makanan dan minuman dari orang asing tanpa sepengetahuan orangtua, tidak pergi dengan orang lain tanpa seizin orangtua, selalu memberitahu kemana pun pergi, dengan siapa pergi, dan seterusnya. Hal ini, kata Heny, bisa dihubungkan dengan keharusan orangtua untuk mengetahui apa makanan dan minuman yang dikonsumsi anak karena banyak sekali makanan tidak sehat beredar di sekitar lingkungan anak.
Anak juga penting dibekali pengetahuan tentang bahaya yang bisa mengancamnya. Misalnya, kata Heny, dengan mengingatkan anak untuk menghindari jalan yang sunyi, segera berteriak apabila ada orang memaksa memakan sesuatu atau memaksa anak pergi bersamanya. Di sekolah, hal ini bisa diberikan melalui cerita-cerita dalam bentuk keluarga binatang dan dilanjutkan dengan bermain peran dilengkapi praktek berteriak bersama. ''Latihan semacam banyak sekali gunanya untuk menanamkan pemahaman pada anak bahwa ia bisa menjaga keselamatan dirinya,'' ujar Heny.