REPUBLIKA.CO.ID, Perilaku anak adalah buah dari pola pengasuhan orang tuanya. Maka, ketika anak menangis meraung-raung di pusat perbelanjaan karena keingin annya tidak dipenuhi, orang tua perlu bertanya. Apakah selama ini ada yang salah dalam mengasuh anaknya?
Pemandangan anak yang menjerit, bahkan menangis kencang ketika apa yang diinginkan tidak diberikan, se ring kita jumpai. Psi kolog anak Rini Hildayani mengatakan, anak yang seperti itu umumnya selalu diikuti ke ingin annya. Begitu permintaannya tidak terkabulkan, ia pun mengamuk.
Psikolog yang juga direktur psikolog dari Personal Growth, Ratih Ibrahim, menambahkan, orang tua yang terus-menerus mengikuti dan menuruti permintaan anak, justru akan merugikan anak. Selain terbiasa hidup boros sejak kecil, dampak ekstrem di masa tua, dikatakan Ratih, sangat berbahaya. Ketika dewasa, dikhawatirkan ia tidak pernah bisa menahan diri. Dan, untuk memenuhi keinginannya, anak menghalalkan segala cara. Jurang bernama korupsi pun tak terelakkan.
Untuk mengatasinya, Rini menegaskan, orang tua harus tega. Orang tua harus konsisten terhadap aturan yang dibuatnya. Batasan dari orang tua ke anak juga harus diberlakukan. Sebagai contoh, bila anak merupakan tipe yang selalu minta dibelikan mainan ke mal, orang tua bisa membuat kesepakatan dan aturan sebelum berangkat. “Oke, kita ke mal. Tapi, kamu ha nya boleh beli ini dan itu, yang lain tidak boleh. Setuju, ya?” ujar Rini mencontohkan percakapan bunda dan anandanya.
Orang tua, katanya berpesan, untuk selalu dalam posisi pemegang kontrol. Misalnya, saat anak menangis minta boneka yang mahal, orang tua kemudian memberitahu secara tegas. “Bukan keras,” ujar Rini.
Semakin anak dikeraskan, umumnya akan semakin membangkang. Katakan kepada anak bahwa bundanya mau membelikan boneka A. Dan, jika anak tidak mau boneka pilihan bunda, ia tidak akan dibelikan apa-apa.
Ratih mengatakan, sikap tegas orang tua diperlukan untuk membantu anak mengelola dorongan ke inginannya. Orang tua juga harus mengetahui apa tujuan ia ingin mengubah perilaku anak yang tidak dapat menahan keingin annya tersebut. Jelaskan pula mengapa anak harus mampu menahan keinginannya. Ini agar anak memahami mengapa orang tua memintanya menahan apa yang diinginkannya.
Kemudian, masuk ke perilaku yang lebih spesifik. Contohnya, dengan membuat kesepakatan yang rinci. Misalnya, sebelum berangkat ke mal, bunda mengatakan membolehkan anak belanja mainan atau barang, tapi harganya tidak lebih dari angka lima. Harga barang yang paling mahal dan boleh dibeli berarti Rp 59.900.
Saat anak bertemu mainan yang diinginkannya dan harganya Rp 65 ribu, orang tua dengan mudah bisa me nolaknya. “Kan, tadi ibu bilang, kamu boleh belanja, asalkan jumlah angka paling depannya lima. Itu yang kamu beli angka paling depannya enam, jadi tidak boleh,” ujar Ratih memberi contoh percakapan.