Senin 05 Aug 2013 11:07 WIB

Ketika Suami Telah Tiada

Jika ibu harus menjadi orang tua tunggal/ilustrasi
Foto: wordpress.com
Jika ibu harus menjadi orang tua tunggal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb,

Dear Pengasuh, saya sangat sedih saat mengetahui tetangga di rumah membicarakan keluarga kami. Kami keluarga dengan orangtua tunggal. Suami saya meninggal beberapa tahun yang lalu. Sebagai orangtua tunggal saya harus bekerja untuk menghidupi anak-anak. Saat ini saya tinggal di rumah yang letaknya jauh dari kantor, untuk menghemat biaya saya coba tinggal di rumah salah satu keluarga yang tidak jauh dari kantor dan pulang ke rumah setiap akhir pekan untuk menjenguk dan melihat anak-anak yang sudah besar.

Namun, baru beberapa hari saya menjalaninya saya sudah mendengar berita yang kurang enak di telinga karena saya meninggalkan dua anak ABG. Karena tidak ingin menderita, saya putuskan untuk pulang ke rumah dan bergabung bersama anak-anak. Apakah tindakan saya salah dan apa yang sebaiknya saya katakan pada anak-anak agar saya dapat bekerja dengan tenang dan anak-anak tumbuh baik seksualitasnya? 

Muslimah, Jabar

 

Jawaban:

Wassalamualaikum wr wb,

Ibu Muslimah yang dirahmati Allah,

Menjadi orangtua tunggal memang membutuhkan tenaga dan perhatian lain. Sebagai seorang ibu yang semestinya dapat menemani anak menapaki masa remajanya Ibu juga harus mencari nafkah untuk membiayai rumah tangga dan sekolah anak. Tentu menguras energi dan pikiran.

Keputusan yang Ibu ambil sudah benar karena orangtua sebaiknya menemani anak-anak yang sedang memasuki masa remajanya di mana banyak tantangan psikososial yang harus diselesaikan anak dan sekian banyak permasalahan remaja yang terdiri dari pemikiran modern yang menyesatkan. Salah-salah anak akan terbawa arus dan penyesalan tidak ada gunanya ketika musibah sudah ada di depan mata. Remaja membutuhkan kehadiran orangtua bukan sekadar sebagai pengontrol tetapi juga sebagai narasumber ketika anak menghadapi persoalan hidup.

Yang harus Ibu lakukan adalah banyak berdialog dengan remaja Ibu tentang pergaulan saat ini. Tanyakan pendapat mereka tentang apa yang terjadi di sekeliling mereka. Jika Ibu sudah mendengar pendapat mereka, silakan beri penguatan pada hal-hal yang positif dengan ucapan apresiasi, ''Terima kasih sudah membantu Ibu untuk tidak berpacaran pada saat ini atau terima kasih sudah menjaga diri dari pergaulan yang buruk.''

Jika anak memiliki pendapat yang berseberangan dengan Ibu atau keluar dari jalur agama, luruskan dengan nasihat yang bijaksana sehingga anak memiliki koridor yang jelas untuk melangkah dan tidak ragu untuk berekspresi. Dengan demikian langkah mereka akan terarah dan Ibu tidak perlu setiap kali menasihati atau memberi tahu yang dapat berakibat anak menjauh dari Ibu dan berlaku tidak baik di belakang Ibu.

Selain itu, cobalah untuk meningkatkan keterampilan anak dengan beragam aktivitas sehingga waktunya tidak habis percuma dan dapat menambah pengetahuan serta kepercayaan diri anak. Hal yang tidak kalah penting dan memiliki efek yang sangat dahsyat adalah doa. Berpikir positif pada anak dan diri agar apa yang kita pikirkan terjadi dan Ibu akan selalu dalam kondisi sehat walafiat. Ini akan menolong Ibu dalam mengasuh anak-anak. Wassalam.

sumber : Rubrik konsultasi
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement