REPUBLIKA.CO.ID, Pakar hadis, Ali Mustafa Yakub, menuturkan, dalam konsepsi Islam, mendidik anak sejatinya bukan merupakan pekerjaan yang baru dilakukan setelah sang anak lahir ke dunia. “Tapi lebih jauh dari itu. Islam memberi perhatian yang besar soal pendidikan anak bahkan jauh dari masa pranatal.
Karenanya, Islam mengajarkan kepada umatnya agar melakukan seleksi ketat dalam pemilihan jodoh. Keputusan seorang individu menentukan orang lain sebagai pasangannya, menjadi tonggak penting dalam menghasilkan anak-anak sebagai generasi baru yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan kepada umatnya agar memilih pasangan berdasarkan agamanya.
Tahapan selanjutnya adalah pada saat janin telah berada di rahim ibunya. Masa ini disebutkan Ali merupakan masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan anak di masa mendatang.
Tahapan mendidik anak selanjutnya adalah ketika anak lahir dan tumbuh dewasa. Pada masa-masa tumbuh-kembang anak, yaitu ketika anak mulai bisa mandiri melakukan sesuatu hal dan sangat kritis terhadap peristiwa dan benda-benda yang dilihatnya, masa inilah masa yang tepat bagi orang tua mulai melatih mereka dengan amalan-amalan ibadah latihan.
Murid Muhammad Mustafa Al A’zami, guru besar studi Islam Universitas Raja Saud, Riyadh, Arab Saudi, ini melanjutkan, beberapa ayat Alquran dan hadis sangat jelas menganalogikan betapa pentingnya melatih amalan ibadah pada anak.
Sebagai contoh, hadis Rasulullah SAW yang menyatakan agar orangtua mengajarkan shalat pada anaknya ketika mereka berumur tujuh tahun dan memukul mereka bila tidak mendirikan shalat pada umur 10 tahun. “Ini menyiratkan, wahana latihan ibadah perlu dilakukan sejak dini sebelum mereka diberi pemahaman ada sanksi bila mereka melanggar hal itu,” tambah dia. Jadi, bukan berarti pukulan fisik yang membuat sang anak kesakitan.